Rebound timah dibayangi katalis negatif



JAKARTA. Setelah koreksi cukup dalam pada perdagangan sebelumnya, harga timah kembali berhasil catatkan rebound. Meski analis menilai kenaikan ini masih rentan koreksi akibat sentimen negatif yang terus mengintai.

Mengutip Bloomberg, Rabu (8/2) pukul 13.15 WIB harga timah kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange terangkat 0,75% ke level US$ 19.072 per metrik ton dibanding hari sebelumnya. Walau dalam sepekan terakhir harga timah sudah tergerus 3,91%.

Ibrahim, Direktur PT Garuda Berjangka menuturkan kenaikan yang terjadi adalah pergerakan wajar dari penyesuaian posisi pasca koreksi yang tajam. Memang pada Selasa (7/2) harga timah ditutup di level terendahnya sejak September 2016 lalu.


Sehingga ada upaya aksi bargain hunting oleh pelaku pasar yang kembali menopang kenaikan harga. “Selain juga dari sisi fundamental, katalis yang datang hampir semuanya positif,” tambah Ibrahim.

Sebut saja laporan Kementerian Perdagangan Indonesia bahwa ekspor timah Indonesia Januari 2017 naik menjadi 6.963,7 ton dibanding bulan sebelumnya yang hanya 6.050,8 ton. Hal ini menjadi gambaran bahwa permintaan timah global masih terjaga.

Hanya saja Ibrahim memperkirakan kenaikan harga timah ini masih rentan. Sebab, beredar kabar di pasar bahwa China akan kembali memberlakukan pajak 10% untuk ekspor timahnya di tahun 2017 ini. Padahal aturan tersebut sudah tidak diterapkan sejak tahun 2008 silam.

Memang sampai saat ini belum ada konfirmasi resmi dari pemerintahan China. Namun produsen-produsen timah di China mengatakan dalam perjanjian perdagangan di awal tahun 2017 ini keberlanjutan penghapusan pajak 10% tersebut tidak tertera.

Apabila benar nantinya China kembali menerapkan kebijakan tersebut, bukan tidak mungkin harga timah akan tergerus lagi. “Saat ini faktor tersebut ikut membayangi pergerakan harga, walau masih spekulasi,” tutur Ibrahim.

“Bahkan hingga penutupan perdagangan pekan ini bukan tidak mungkin harga timah masih akan terpapar koreksi,” duga Ibrahim.

Prediksi ini bukan tidak mungkin terjadi mengingat stok timah di LME tercatat naik 11% di awal Februari 2017 menjadi 4.655 ton atau tertinggi sejak April 2016 lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto