Recapital Berjanji Besarkan Bank Eksekutif



JAKARTA. Recapital Advisors, perusahaan private equity yang agresif membeli perusahaan-perusahaan nasional, akhirnya, sukses membeli seluruh saham milik Keluarga Widjaja di PT Bank Eksekutif Internasional Tbk.

Total kepemilikan Keluarga Widjaja di bank yang melantai di Bursa Efek Indonesia dengan kode BEKS itu sebanyak 676,17 juta saham atau 79,26% dari total saham BEKS yang mencapai 853,75 juta saham. Sisa saham dimiliki pemegang saham publik.

"Kami sangat gembira, finalisasi proses akuisisi bisa selesai. Kami tinggal menyelesaikan proses verifikasi," ujar Presiden Direktur Recapital Rosan Roeslani, kepada KONTAN, Minggu (21/2). Dia menambahkan, proses verifikasi itu akan selesai sekitar bulan Maret 2010.


Rosan enggan membeberkan dana yang dikeluarkan Recapital untuk membeli saham Bank Eksekutif. "Total nilai masih dibahas, belum bisa dipublikasikan," elaknya. Dia hanya bilang, sumber dana akuisisi dari kas internal.

Namun, kemarin, Direktur Utama Bank Eksekutif Tonny Antonius menyatakan bahwa harga pembelian itu sebesar Rp 150 per saham. Artinya, total nilai pembelian mencapai Rp 101,43 miliar. Harga pembelian Recapital ini lebih mahal 25% ketimbang harga saham Bank Eksekutif pada penutupan perdagangan di BEI Jumat (19/2) yang sebesar Rp 120 per saham.

Nantinya, Recapital tidak hanya menyediakan dana untuk membeli saham dan memenuhi permodalan minimum bank yang sebesar Rp 100 miliar. Mereka juga menyiapkan dana pengembangan bank.

"Kami ingin bank ini menjadi bank nasional terkemuka," tegas Rosan. Ia lantas mengingatkan kesuksesan Recapital mengembangkan PT Bank Tabungan Pensiun Nasional Tbk (BTPN) menjadi salah satu bank berkinerja baik di Indonesia. Rosan juga berjanji, kehadiran Recapital sebagai pemilik baru di Bank Eksekutif tidak hanya sekedar mampir, tapi menjadi investor jangka panjang.

Toh, aksi Recapital yang kerap membeli perusahaan untuk kemudian melegonya setelah berhasil dipoles tetap menuai sorotan. Ekonom Bank Mandiri Mirza Adityaswara bilang, seharusnya BI tidak mengizinkan perusahaan private equity membeli saham bank-bank nasional. "Biasanya lalu dijual ke pihak lain, bahkan ke asing. Akhirnya, asing makin menguasai perbankan nasional," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Johana K.