KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (
BBRI) gencar memitigasi risiko menumpuknya kredit macet dari aset bermasalah melalui penjualan agunan. Penjualan agunan merupakan salah satu bagian dari recovery kredit yang berasal dari lelang dan dampak lelang. Sampai dengan November 2023, recovery kredit BRI mengalami peningkatan sebesar 36,25% dibandingkan tahun 2022. Sebagai informasi, per September 2023, BRI mendapati NPL naik di level 3,07%, lebih tinggi dari periode separuh pertama tahun ini yang sebesar 2,95%. Adapun rasionya masih lebih kecil tipis dari periode sama tahun lalu yang berada di level 3,09%.
Baca Juga: Aksi Akuisisi di Perbankan Semakin Semarak Adapun per September 2023, BRI berhasil membukukan
recovery income mencapai Rp 10,6 triliun, atau meningkat dari periode yang sama di tahun sebelumnya yang sebesar Rp 8,3 triliun, dengan
recovery rate mencapai 43,3% dari kredit hapus buku sebesar Rp 24,5 triliun. Penjualan aset bermasalah di BRI dilakukan dengan berbagai cara, seperti lelang dan penjualan
bulk sales. BRI telah membukukan
recovery dari lelang dan dampak lelang lebih dari Rp 2,5 triliun sepanjang tahun 2023.
Sementara itu, BRI belum berhasil melakukan penjualan secara
bulk sales tahun ini. Direktur Manajemen Risiko BRI Agus Sudiarto mengatakan, penjualan agunan kredit bermasalah dilakukan melalui eksekusi lelang, baik parate maupun fiat eksekusi, serta penjualan non-lelang oleh debitur.
Baca Juga: BRI Bagi-bagi Cashback untuk Nasabah yang Buka Tabungan Valas dari BRImo “Peningkatan recovery kredit dari penjualan agunan dilakukan melalui kerjasama dengan broker properti, balai lelang, dan lain-lain,” kata Agus kepada Kontan.co.id, Jum’at (08/12). Agus memproyeksikan, penjualan agunan BRI akan mengalami peningkatan sekitar 45% YoY di tahun 2024. Hal tersebut lantaran kondisi perekonomian yang sudah mulai stabil. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli