Redam kejahatan terorganisir, Kanada legalisasi konsumsi ganja



KONTAN.CO.ID - DW. Dengan UU Legalisasi Ganja (The Cannabis Act), Justin Trudeau memenuhi janjinya dalam kampanye pemilu 2015. Kanada menjadi negara kedua setelah Uruguay yang melegalisasi konsumsi marijuana.

"Kami tidak melegalkan ganja karena kami pikir itu baik untuk kesehatan kami. Kami melakukannya karena kami tahu itu tidak baik untuk anak-anak kami," kata Perdana Menteri Justin Trudeau Selasa malam (16/10).

"Kami tahu kami harus melakukan pekerjaan yang lebih baik untuk melindungi anak-anak kami dan untuk menghilangkan atau mengurangi keuntungan besar-besaran yang masuk ke ke kejahatan terorganisir."


Keberhasilan UU Ganja akan dievaluasi

Kanada akan mengevaluasi penerapan UU yang baru ini menjelang pemilihan berikutnya pada 2019. Negara-negara lain juga mengamati penerapan UU legalisasi ganja ini dan mungkin akan mengikutinya, jika langkah itu dinilai berhasil.

Trudeau sendiri tahun 2013 mengakui bahwa dia mengisap ganja lima atau enam kali dalam hidupnya, termasuk di pesta makan malam dengan teman-teman setelah terpilih menjadi anggota parlemen.

PM Kanada itu juga mengatakan bahwa almarhum saudaranya Michel, menghadapi tuduhan kepemilikan ganja dalam "jumlah kecil" sebelum kematiannya dalam sebuah insiden longsor tahun 1998. Peristiwa ini juga mempengaruhi keputusannya untuk mengusulkan legalisasi marijuana alias cannabis atau ganja.

Namun kantor PM mengatakan kepada kantor berita AFP, "Trudeau tidak berencana untuk membeli atau mengkonsumsi ganja setelah dilegalkan."

Konsumsi ganja tertinggi

Menurut sebuah survei, ada 5,4 juta orang Kanada yang akan membeli ganja secara legal dari apotek pada tahun ini.  Artinya sekitar 15 persen dari populasi negara itu. Sekitar 4,9 juta warga Kanada mengatakan sudah mengisap ganja. Menurut statistik, konsumsi ganja di Kanada adalah salah satu yang tertinggi di dunia.

Berdasarkan peraturan baru ini, warga Kanada yang berusia 18 atau 19 tahun (di Quebec 21 tahun) akan diizinkan membeli sampai 30 gram, dan boleh menanam sampai 4 tanaman ganja di rumahnya.

Pemerintah memperkirakan, toko-toko yang menjual ganja eceran akan meningkar pesat akhir tahun ini. Penjualan derivatif marijuana seperti edibles akan dilegalisasi tahun depan. Kalangan ekonomi memperkirakan, legalisasi ganja akan mengalirkan sampai 1,1 miliar dolar Kanada ke kas negara dari pajak penjualan.

Untuk memenuhi permintaan yang bakal meningkat, ratusan petani telah mendapatkan lisensi membudidayakan ganja. Bahkan raksasa minuman Coca-Cola menyatakan menyatakan minatnya mengembangkan minuman dengan kandungan ganja.

Pejabat kesehatan berpendapat bahwa mengisap ganja sama berbahayanya dengan merokok. Namun mereka menyambut legalisasi ganja sebagau peluang untuk membahas permasalahan konsumsi ganja secara lebih terbuka.

Sementara pihak kepolisian memperkirakan, makin banyak pelanggaran akan terjadi karena orang mengemudikan kendaraan setelah atau sambil mengkonsumsi ganja.

70 persen setuju legalisasi

Belum jelas apakah UU baru ini akan berhasil meredam pasar gelap narkoba di Kanada. Namun tahun lalu harga ganja di pasar gelap sudah jatuh ke rata-rata 6,79 dolar AS per gram karena ada rencana legalisasi.

"Selama hampir satu abad, perusahaan kelompok kriminal memiliki kendali penuh atas pasar ganja ini, mengendalikan 100 persen produksi dan distribusinya dan mereka mendapat untung miliaran dolar setiap tahun. Saya menduga mereka tidak akan lenyap begitu saja dalam semalam," kata Bill Blair, mantan kepala polisi di Toronto. Namun dia optimis UU baru ini akan berdampak positif bagi perekonomian dan mengurangi tindak kejahatan yang berkaitan dengan narkoba.

Menurut jajak pendapat terbaru dari Abacus Data yang diterbitkan hari Senin (15/10), sekitar 70 persen warga Kanada mendukung atau menerima undang-undang legalisasi ganja.

Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti