JAKARTA. Pemerintah, Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) beberapa hari terakhir terlihat lebih intens menggelar pertemuan. Tujuannya sudah jelas, membahas perkembangan ekonomi terakhir, terutama kondisi nilai tukar rupiah yang terus terdepresiasi. Bagi OJK, hal yang menjadi perhatian utama terkait kondisi tersebut adalah masih dangkalnya pasar keuangan dan pasar modal yang ada. Sehingga, pasar mudah bergejolak ketika ada sentimen yang terjadi, seperti data ekonomi global. Nah, terkait hal itu Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D. Hadad mengatakan, untuk memperdalam pasar modal pihaknya akan mendorong lebih banyak perusahaan yang melantai di bursa. Untuk itu, OJK menjalin kerjasama dengan sejumlah pengusaha, termasuk Kamar Dagang dan Industri (Kadin).
Kerjasama tersebut dibuat untuk memungkinkan perusahaan-perusahaan yang berada di bawah naungan Kadin segera menggelar Initial Public Offering (IPO). Anggota KADIN sendiri saat ini mencapai puluhan ribu. "Saya kira, 10% saja mereka masuk bursa sudah bagus," kata Muliaman, Kamis (12/3) di Jakarta. Selain itu, otoritas juga berharap pemerintah segera memperdalam instrumen pembiayaannya, terutama untuk infrastruktur. Namun, semua itu harus dilakukan secara bertahap. Dengan memperdalam pasar keuangan dan pasar modal maka kondisi fundamental Indonesia akan lebih baik. Dengan begitu, tekanan global tidak akan mudah mempengaruhi nilai tukar rupiah. Hal yang sama juga diungkapkan Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo. Menurutnya, selain memperdalam pasar keuangan dan pasar modal yang menjadi perhatian BI adalah perkembangan neraca transaksi berjalan.