Referendum digagalkan polisi, Catalan rusuh!



KONTAN.CO.ID - CATALAN. Aksi kelompok masyarakat Catalan yang mendukung digelarnya referendum kemerdekaan dari Spanyol berakhir rusuh pada Minggu (1/10). Pada kerusuhan kemarin, setidaknya ada 800 orang terluka saat polisi anti huru hara menyerang pengunjuk rasa damai dan warga sipil tak bersenjata.

Seperti yang diketahui, mereka berkumpul untuk memberikan suara mereka dalam voting yang dilarang oleh pemerintah karena dianggap tidak konstitusional. Dalam peristiwa itu, sebelas petugas kepolisian juga terluka.

Ratusan polisi yang bersenjata pentungan dan peluru karet dikirim dari daerah lain untuk menyita surat suara dan menghentikan pemungutan suara. Di sejumlah video amatir menunjukkan beberapa petugas menyeret sejumlah orang keluar dari tempat pemungutan suara dengan menarik rambut, dan mendorong, dan menendang mereka ke tanah. Teriakan kemarahan dan ketakutan bisa terdengar.


"Apa yang dilakukan polisi sangat biadab," kata Jordi Turull, juru bicara pemerintah daerah Catalan, yang mendukung kemerdekaan. Dia menambahkan, kejadian ini akan menjadi skandal internasional. "Spanyol telah membuat Eropa malu dengan taktik kepalsuannya," tegasnya.

Sementara itu, pihak kepolisian bertindak atas perintah hakim untuk menghentikan referendum.

Dalam siaran televisi diketahui, mayoritas tempat pemungutan suara ditutup pada Minggu. Terkait hal ini, Perdana Menteri Spanyol Mariano Rajoy mengucapkan terima kasih kepada pihak kepolisian dan mengatakan bahwa mereka telah bertindak dengan ketegasan dan ketenangan. Pernyataan ini dapat dipastikan membuat marah warga Catalonia.

Menteri Luar Negeri Spanyol Alfonso Dastis mengatakan, kekerasan yang terjadi, meski disayangkan dan tidak menyenangan namun itu proporsional.

"Jika masyarakat bersikeras tidak mematuhi hukum dan melakukan sesuatu yang secara konsisten ilegal dan tidak konstitusional, para penegak hukum tentu harus menegakkan hukum," kata Datis kepada AP.

Pada malam kemarin, jasa kesehatan Catalan mengatakan, ada 884 orang yang harus dilarikan ke rumah sakit karena luka-luka. Dua di antaranya berada dalam kondisi serius. Satu orang dirawat karena matanya tertembak peluru karet.

Tidak ada yang tahu persis apa yang akan terjadi jika petugas Catalan memperbolehkan pemungutan suara dilakukan. Hal ini bisa dijadikan sebagai dasar untuk menyatakan wilayah timur laut itu sebagai wilayah yang independen dan menjadi sebuah langkah provokatif yang akan mengancam Spanyol dengan kemungkinan hilangnya salah satu wilayahnya yang paling makmur, termasuk kota pantai populer di Barcelona.

Juga tidak jelas berapa banyak dari 5,3 juta pemilih yang berhak untuk dapat memberikan suara, bagaimana suara mereka akan dihitung dan berapa suara yang telah disita oleh polisi.

Masyarakat Catalan yang ingin memisahkan diri dengan Spanyol sudah lama menginginkan lebih dari sekadar otonomi terbatas yang sekarang mereka nikmati. Alasannya, mereka memberikan kontribusi jauh lebih banyak daripada yang mereka terima dari pemerintah pusat, yang mengendalikan bidang-bidang utama termasuk pajak dan infrastruktur. Agresi polisi pada hari Minggu cenderung memicu semangat mereka untuk merdeka.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie