Refinancing, AISA rilis obligasi Rp 1,5 triliun



JAKARTA. PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA) tak mau ketinggalan momentum tren suku bunga murah. Produsen snack Taro ini berencana menerbitkan obligasi untuk melunasi sejumlah utangnya.

"Nilainya Rp 1,5 triliun, ada obligasi konvesional sekaligus sukuk, totalnya itu," ujar Direktur Keuangan AISA Sjambiri Loe kepada KONTAN, Selasa (7/6).

Rincian lebih lanjut atas obligasi ini akan diumumkan saat public expose yang rencananya digelar pekan depan. Tapi Sjambirie memastikan, hampir 100% atas perolehan dana dari penerbitan obligasi tersebut akan digunakan untuk refinancing sejumlah utang yang akan jatuh tempo.


Asal tahu saja, berdasarkan laporan keuangan AISA kuartal I-2016, perseroan memiliki utang bank jangka pendek yang akan jatuh tempo tahun ini sekitar Rp 1,62 triliun. Utang ini berasal dari sejumlah bank.

Ada utang dari PT Bank Rabobank International Indonesia yang saldo terutangnya hingga Maret lalu tercatat Rp 105,24 miliar. Lalu, ada juga utang dari Bank UOB Indonesia senilai Rp 37,35 miliar dan sejumlah utang dari pihak perbankan lainnya.

AISA memang sedang dalam agenda membersihkan semua yang membebani kinerja keuangannya. Sebelumnya, perseroan akhirnya melepas 78,17% atau setara 2,87 miliar saham PT Golden Plantation Tbk (GOLL) kepada PT JOM Prawarsa Indonesia (JPI).

GOLL dilepas karena emiten perkebunan ini terbebani utang. Utang ini juga membebani keuangan AISA karena pembukuan GOLL dikonsolodasikan ke AISA. Setelah dijual, otomatis beban tersebut berkurang, tapi pada saat yang bersamaan AISA juga meraup cash sekitar Rp 521,43 miliar dari divestasi tersebut.

Di sisi lain, divestasi tersebut juga merupakan cara AISA untuk fokus pada lini bisnis yang memang sudah menjadi core bisnisnya. Selain lini bisnis snack, tentunya bisnis beras yang menjadi penopang utama kinerja AISA.

Hal ini juga yang menjadi alasan manajemen menahan ekspansi pada lini bisnis tersebut, AISA tidak berencana membangun pabrik baru lagi jika pabrik beras di Sulawesi Selatan tuntas pengerjaannya pertengahan tahun ini.

"Penyelesaiannya (proyek pabrik) memang dimundurkan, karena kami ingin ingin membesarkan bisnis beras, beras dalam bag (kemasan)," jelas Sjambirie.

Selama ini, AISA menjual dua jenis beras, yakni beras dengan kemasan dan beras dengan karung. Saat ini, beras dalam kemasan hanya berkontribusi sekitar 10% sampai 11% dari penjualan AISA.

Padahal, beras dalam kemasan memiliki margin yang lebih tebal dibanding karungan. Menurut Sjambiri, margin beras kemasan yaitu 25% dan beras karungan adalah 13%.

Oleh karena itu, AISA menargetkan beras dalam kemasan dapat menyumbang 70% penjualan. Apabila sudah tercapai, maka saat itulah AISA akan kembali berekspansi di bisnis beras. Sjambiri memperkirakan, target penjualan beras kemasan ini dapat terpenuhi di awal 2018.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie