Refinancing Utang, Cek Prospek Saham Kawasan Industri Jababeka (KIJA)



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA) tengah berupaya menyegarkan arus kas keuangan. Pasalnya, emiten kawasan industri tersebut masih merugi pada semester pertama 2022.

Untuk diketahui, KIJA baru saja meneken perjanjian kredit sebesar US$ 100 juta dengan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) tertanggal 3 Oktober 2022. Dana yang diterima tersebut untuk pembayaran utang Jababeka termasuk untuk obligasi yang akan jatuh tempo.

Hal ini nampaknya menjadi langkah Jababeka untuk membenahi kerugian yang dialami pada paruh pertama sebesar Rp 43,1 miliar. Padahal, KIJA sukses raih pendapatan Rp 1,14 triliun, naik 2% dibandingkan periode yang sama tahun 2021.


Baca Juga: Bayar Utang, Jababeka (KIJA) Dapat Kredit US$ 100 Juta dari Bank Mandiri

Dalam catatan Kontan.co.id, manajemen KIJA mengungkapkan penyebab utama kerugian adalah dampak pergerakan kurs (valas), dimana perseroan membukukan rugi selisih kurs sebesar Rp 168,8 miliar dibandingkan rugi selisih kurs Rp 112,5 miliar di periode yang sama tahun lalu.

Meskipun kinerja lesu pada semester I/202, analis Henan Putihrai Sekuritas Jono Syafei mencermati bahwa KIJA miliki prospek cukup bagus. Jono menilai adanya ekspansi KIJA yang meluncurkan kawasan dengan konsep Sillicon Valley, sehingga akan menarik bagi investor terutama asing.

Proyek yang disebut Correctio itu menjadi wadah bagi startup, pelaku bisnis dan industri, akademisi serta pemerintah untuk saling berkolaborasi. Jababeka menggandeng sejumlah pemangku kepentingan mulai dari BRIN, Indogen, BISA AI, Telkomsel, Mitsubishi Heavy Industries (MHI), Auk Industries, Gamatechno, Arcstone, Sembcorp, dan PIDI Kementerian Perindustrian.

Baca Juga: Jababeka (KIJA) Membukukan Kerugian di Tengah Kenaikan Pendapatan

Dengan kredit baru US$ 100 juta atau setara Rp 1,5 triliun, neraca keuangan KIJA makin kuat dan meningkatkan peluang untuk ekspansi lebih agresif.

"Kinerja di semester kedua tahun ini akan tergantung pada pendapatan sehingga dapat mengimbangi potensi rugi nilai kurs mata uang yang dapat semakin menekan laba bersih KIJA," kata Jono kepada Kontan.co.id,Kamis (6/10).

Sementara dari sisi pergerakan saham, Analis Teknikal Binaartha Sekuritas Ivan Rosanova menjabarkan bahwa secara teknikal KIJA masih cenderung rawan melanjutkan koreksi dimana sejak 2021 hingga saat ini terus membentuk lower high dan berpotensi menuju level support berikutnya di Rp 140 per saham atau bahkan Rp 130 per saham.

"Tetapi koreksi ini bisa menjadi suatu peluang untuk posisi long-term investment dengan catatan level Rp 130 per saham masih mampu menahan pergerakan harga," ujar Ivan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati