KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Real Estate Indonesia (REI) menanggapi keputusan Bank Indonesia (BI) untuk mempertahankan suku bunga acuan (BI Rate) sebesar 6,25% terhadap kredit kepemilikan rumah (KPR). Wakil Ketua Umum DPP REI Bambang Eka Jaya menyatakan bahwa 3/4 dari konsumen properti merupakan pengguna KPR, dengan demikian hal ini menjadi faktor penentu pembeli untuk membeli properti. Dalam pemaparan-nya, Bambang menjelaskan bahwa tipe rumah masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) menjadi sebuah kebutuhan mutlak dengan konsumen berlebih, namun suplai yang terbatas. Jenis KPR bersubsidi ini hanya menjadi target bank pemerintah.
Baca Juga: Hingga Pertengahan Agustus 2024, BP Tapera telah Salurkan FLPP Rp 13,62 Triliun "Kita lihat dengan target penjualan 1 juta rumah, kami hanya dapat kuota 166.000 Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP). Dalam Agustus menjelang September ini, kapasitas atau kuota sudah mendekati hampir habis, maka kami dari REI ajukan kembali ke PUPR agar bisa menambah APR subsidi," jelasnya dalam siaran langsung, Kamis (22/8). Bambang menggambarkan, permintaan rumah dan FLPP tidak ada masalah, tetapi REI berpendapat pihak perbankan dan pemerintah perlu memberikan subsidi khusus bagi Gen Z atau kelompok menengah yang menjadi tulang punggung perekonomian. REI menyampaikan sekitar 30% generasi Z merupakan konsumennya. Secara pendapatan, kelompok ini berada di atas MBR, namun dengan selisih angka Rp1 juta sampai dengan Rp2 juta, masih kesulitan membeli rumah. "MBR itu fasilitasnya non-PPN. Lalu kelompok ini mendapatkan bunga subsidi sedangkan di atas MBR, mereka berhadapan dengan bunga krusial. Jika berbicara KPR, awalnya selalu memakai subsidi atau suku bunga yang ditekan serendah mungkin untuk menjadi daya tarik, namun yang dikhawatirkan jika subsidi itu berakhir. Lonjakan subsidi yang tadinya 1% hingga 2% menjadi 5% lalu 7%, itu membuat mereka kesulitan untuk mempersiapkan dana," urainya.
Baca Juga: Pengembang Rumah Subsidi Harapkan Penambahan Kuota FLPP Bambang melanjutkan, perlunya mempertimbangkan keberadaan suku bunga komersial yang dimulai sebanyak 9% melalui lembaga perbankan yang dapat memberikan tawaran yang kompetitif. REI juga berharap pemerintah dapat melaksanakan terobosan tertentu untuk kelompok generasi Z atau kelompok kelas menengah yang menjadi tulang punggung perekonomian. Terobosan tersebut, menurut Bambang, dapat berupa subsidi hybrid setengah MBR sehingga suku bunga bisa difasilitasi perbankan sehingga kelompok ini bisa bergerak bersamaan dengan ekonomi.
Bambang juga mencatat, adanya penurunan pemasukan kelompok tersebut dari 21% menjadi 17%, selaras dengan penurunan daya beli yang terjadi.
Baca Juga: Kuota FLPP Menipis, Bank BTN Siapkan Produk Alternatif "Jika daya beli menurun, maka properti adalah hal terakhir yang mereka beli, padahal sektor properti merupakan salah satu lokomotif perekonomian Indonesia. Lebih dari 100 industri akan bergerak dengan properti. Dengan ini, kita bisa sama-sama bergerak," ucapnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli