REI tak Keberatan Biaya Sambungan Naik



JAKARTA. Ketua Umum Real Estate Indonesia (REI) Teguh Satria mengaku tidak masalah dengan kenaikan biaya penyambungan listrik untuk perumahan. Dengan syarat, pengembang tidak harus melakukan dana tambahan lagi untuk biaya jaringan. "Kenaikan biaya sambungan justru bagus buat kita (pengembang)," ujar Teguh kepada KONTAN, Kamis (22/7). Menurut Teguh, meski PLN menaikkan biaya sambungan, kenaikan ini justru membuat pengembang mengeluarkan dana yang sedikit. Pasalnya, para pengembang tidak harus mengeluarkan dana tambahan untuk membuat jaringan baru. Awalnya, biaya penyambungan hanya sekitar Rp 300 per volt ampere (VA). Itu berarti, untuk biaya sambungan 450 VA sekitar Rp 450.000 dan 900 VA sebesar Rp 270.000. Namun, pengembang harus merogoh kocek tambahan untuk investasi jaringan. Akibatnya biaya sambungan justru membengkak menjadi Rp 2 juta hingga Rp 3 juta bahkan lebih. "Kenapa bisa membengkak karena dengan uang itu PLN mempunyai kemampuan untuk investasi jaringan. Kalau dulu jaringan itu kita yang membangun, dengan biaya sendiri termasuk menyediakan tiang dan kabel," terang Teguh. Sementara itu, dengan ketentuan yang baru, para pengembang tidak lagi harus mengeluarkan uang untuk investasi jaringan. Karena dalam kesepakatan antara REI dan PLN, PLN berjanji untuk menyediakan jaringan."Dulu kita biaya sambungan sampai Rp 3 juta tetapi sekarang kan hanya sekitar Rp 600.000 (900 VA). Jadi lebih murah kan," kata Teguh. Meski menyanggupi kenaikan biaya sambungan baru, Teguh mengatakan banyak masalah muncul dalam masa transisi ini. Misalnya bagaimana yang sudah menunggu dan sudah membayar biaya jaringan dan biaya penyambungan, tentunya PLN membebaskan mereka yang sudah membayar tidak perlu ditarik lagi dengan biaya sambungan yang baru. Berdasarkan data REI saat ini, masih ada sekitar 100.000 RSH yang masih menunggu sambungan. Sementara permintaan baru sambungan listrik tiap tahunnya mencapai 150.000 hingga 200.000 sambungan. "Jadi kita masih belum bisa menyelesaikan deadlock ini. Masih ada daftar tunggu tapi banyak permintaan baru yang muncul," jelas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Djumyati P.