KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Serangan terbaru Rusia ke kota Dnipro di Ukraina telah menarik perhatian internasional, terutama karena penggunaan rudal baru yang diklaim oleh Presiden Rusia Vladimir Putin sebagai senjata konvensional dengan kecepatan luar biasa. Eskalasi ini menunjukkan dinamika baru dalam konflik yang telah berlangsung sejak 2022, membawa tantangan baru bagi Ukraina dan negara-negara pendukungnya.
Klaim Rudal Hipersonik
Mengutip ladbible.com, Putin mengklaim bahwa rudal tersebut adalah "rudal konvensional jarak menengah" dengan kemampuan hipersonik, mampu melesat 10 kali kecepatan suara. Ia menyebut bahwa sistem pertahanan udara modern, termasuk yang dibuat Amerika Serikat di Eropa, tidak dapat mencegat senjata tersebut. Namun, sebelumnya Ukraina melaporkan bahwa serangan itu berasal dari rudal balistik antarbenua (ICBM), yang akan menjadi penggunaan pertama senjata tersebut dalam peperangan. Klaim ini kemudian dibantah oleh pejabat AS, yang memastikan bahwa rudal itu bukan ICBM. Baca Juga: Rusia Tembakkan Rudal Balistik Pertama Kalinya dalam Invasi Skala Penuh ke Ukraina Menurut laporan media Ukraina, rudal tersebut menghantam pabrik Yuzhmash di Dnipro dalam waktu kurang dari lima menit setelah menempuh jarak 790 kilometer. Kecepatan ini menunjukkan kemampuan Rusia untuk mengancam wilayah Eropa lainnya dalam waktu yang sangat singkat, memicu kekhawatiran akan eskalasi lebih lanjut.