Rekap Kinerja Emiten Grup Bakrie: BRMS, BNBR, ENRG, dan BUMI, Mana yang Moncer?



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten terafiliasi Grup Bakrie telah melaporkan kinerja keuangan periode semester pertama 2023. Hasilnya, emiten yang tergabung dalam konglomerasi ini mencetak kinerja beragam.

Induk usaha Bakrie, yakni PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) mencetak kinerja positif di sepanjang semester pertama 2023 dengan meraih pendapatan bersih sebesar Rp 1,96 triliun. Realisasi ini naik 52,01% dibanding periode yang sama di tahun sebelumnya.

Direktur Utama dan CEO PT Bakrie & Brothers Tbk Anindya N. Bakrie mengatakan, kenaikan pendapatan bersih ini ditopang oleh catatan positif pendapatan sejumlah unit usaha BNBR, antara lain PT Bakrie Metal Industries (BMI) Group yang berkontribusi sebesar Rp 1,12 triliun. Lalu, ada  PT VKTR Teknologi Mobilitas Tbk (VKTR) sebesar Rp 642,19 miliar, PT Bakrie Indo Infrastructure (BIIN) Group sebesar Rp 202,86 miliar, dan PT Bangun Bantala Indonesia (BBI) sebesar Rp 1,35 miliar.


Baca Juga: Laba Bakrie & Brothers (BNBR) Melonjak 383% pada Semester I/2023

"Ke depan, raihan ini kami optimis akan berlanjut sejalan dengan akselerasi proyek-proyek penting yang terus dikembangkan," kata Anindya, Jumat (28/7).

Dari sisi bottomline, BNBR membukukan laba bersih yang diatribusikan kepada entitas induk senilai Rp 95 miliar. Jumlah ini berbanding terbalik dari bottom line pada periode yang sama tahun lalu dimana BNBR menderita kerugian hingga Rp 105,74 miliar.

Kinerja positif juga ditorehkan oleh PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG). Emiten migas ini mencetak laba bersih yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk tercatat sebesar US$ 26,57 juta atau naik tipis 2,9% dari laba bersih di periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 25,82 juta.

Kenaikan laba bersih ini terjadi di tengah penurunan pendapatan, dimana ENRG membukukan penurunan penjualan bersih sebesar 17% menjadi US$ 191,47 juta sepanjang semester pertama 2023. Penurunan penjualan ini seiring dengan produksi gas ENRG yang mengalami penurunan sebesar 21% dari 207 juta kaki kubik/hari pada semester pertama 2022 menjadi 162 juta kaki kubik/hari pada semester pertama 2023.

Penurunan produksi gas tersebut dikarenakan dua faktor. Pertama, salah satu pelanggan ENRG menurunkan pembelian gas dari blok Kangean yang dioperasikan oleh ENRG di Jawa Timur. Kedua, Blok Sengkang yang dimiliki oleh Energi Mega Persada di Sulawesi Selatan menghentikan produksi gasnya untuk sementara waktu dikarenakan oleh perpanjangan kontrak jual beli gas.

Namun, produksi minyak perusahaan meningkat 20% dari 4.789 barel per hari  menjadi 5.762 barel/hari. Realisasi Harga jual minyak ENRG mengalami penurunan sebesar 30% dari semula USS 109 di paruh pertama 2022 menjadi US$ 77,04 di paruh pertama 2023. 

”Penurunan harga minyak dunia ini juga dialami oleh seluruh produsen minyak secara global,” terang Direktur utama dan CEO PT Energi Mega Persada Tbk Syailendra Bakrie, Jumat (28/7). Namun, manajemen menilai harga minyak dunia sudah mulai meningkat secara berkala pada kuartal ketiga 2023.

Emiten Grup Bakrie yang berkecimpung di sektor pertambangan emas dan logam mineral, yakni PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) berhasil mengatrol kinerja keuangannya. BRMS membukukan pendapatan senilai US$ 15,8 juta, naik 186% dari pendapatan di periode yang sama tahun lalu yang hanya US$ 5,53 juta.

Kenaikan pendapatan ini tidak terlepas dari moncernya kinerja operasional BRMS. Pada semester pertama 2023, anak usaha PT Bumi Resources Tbk (BUMI) ini membukukan produksi emas sebesar 236 kg atau setara 7.611 oz. realisasi ini melesat 200% dari produksi di periode yang sama tahun lalu yang hanya 82 kg atau setara 2.531 oz.

Baca Juga: Laba Bersih Bakrie (BNBR) Melesat 318% Jadi Rp 266 Miliar Pada 2022, Ini Pendorongnya

Bersamaan, harga jual rerata alias Average Selling Price (ASP) BRMS naik 4% menjadi US$ 1.928 per oz dari sebelumnya US$ 1.854  per oz

Naiknya pendapatan BRMS turut mendongkrak bottomline emiten tambang mineral ini. Per akhir Juni 2023, BRMS membukukan laba bersih US$ 5,63 juta, naik 44% dari laba bersih di periode yang sama tahun 2022 yang hanya US$ 3,91 juta.

Beda Nasib, kinerja induk usaha BRMS yakni PT Bumi Resources Tbk (BUMI) justru mengalami tekanan sepanjang periode enam bulan pertama 2023. Emiten tambang batubara ini membukukan pendapatan sebesar US$ 886,27 juta, menurun 8,50% dibandingkan dengan pendapatan di semester pertama 2022  sebesar US$ 968,68 juta. 

Dari sisi bottomline, BUMI mengempit laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$81,82 juta, turun  51,19%  dari  capaian juta pada periode semester pertama 2022 yang mencapai US$ 167,67 juta.

Direktur dan Sekretaris Perusahaan Bumi Resources Dileep Srivastava menilai, kinerja BUMI  pada periode enam bulan pertama 2023 adalah kombinasi dari  sejumlah faktor. Misal, rendahnya harga  batubara dan royalti yang dibayarkan mencapai sebesar US$1,031 miliar.  Hal ini ditambah dengan pendapatan kotor yang lebih rendah dan tambahan bagi hasil 10%  kepada pemerintah pusat dan daerah.

“Harga bahan bakar  memang cukup tinggi, namun kami berhasil mengurangi biaya operasional secara signifikan untuk mengimbangi sebagian dari mandatory statutory obligations yang lebih tinggi,” kata Dileep kepada Kontan.co.id, Sabtu (29/7).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi