Rekap kinerja emiten tambang BUMN: ANTM dan PTBA raup laba, TINS masih merugi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang 2020, tiga emiten pertambangan milik negara yang tergabung dalam holding MIND ID, melaporkan kinerja keuangan yang beragam.

PT Bukit Asam Tbk (PTBA) misalnya, membukukan penurunan pendapatan dan laba bersih tahun lalu. Emiten pertambangan batubara ini membukukan pendapatan Rp 17,32 triliun, menurun 20,48% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp 21,79 triliun.

Sementara dari sisi topline, PTBA mencatat laba bersih Rp 2,39 triliun, menyusut 41,17% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp 4,06 triliun.


Direktur Utama Bukit Asam Arviyan Arifin mengatakan, torehan laba ini tidak terlepas dari strategi efisiensi yang dilakukan PTBA di segala lini. Arviyan menyebut, sepanjang 2020 Bukit Asam telah menghemat Rp 825 miliar.

“Tanpa efisiensi yang maksimal akan sulit mencapai laba, di tengah volume penjualan yang menurun dan harga batubara yang menurun,” terang Arviyan dalam paparan publik belum lama ini.

Adapun penurunan kinerja Bukit Asam tidak lepas dari harga batubara sepanjang tahun 2020 yang cukup menantang. Arviyan bilang, rata-rata harga batubara acuan (HBA) sepanjang 2020 merupakan yang terendah selama empat tahun terakhir, yakni di level US$ 58,17 per ton.

Baca Juga: IHSG dibuka melemah ke 6.300 pada pagi ini (17/3), asing koleksi TLKM, TINS dan ANTM

Di sisi lain, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) menunjukkan kinerja positif sepanjang tahun 2020. ANTM membukukan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk senilai Rp 1,15 triliun. Realisasi ini meroket 492,87% dari laba bersih tahun 2019 yang hanya Rp 193,85 miliar.

Hanya saja, kenaikan laba bersih ini tidak sejalan dengan kenaikan pendapatan ANTM. Penjaja logam mulia ini membukukan pendapatan senilai Rp 27,37 triliun atau menurun 16,34% dari torehan pendapatan di akhir 2019 yang mencapai Rp 32,72 triliun.

Naiknya laba bersih di tengah penurunan pendapatan didorong oleh strategi efisiensi yang dilakukan ANTM. “ANTM mengedepankan implementasi inisiatif-inisiatif efisiensi biaya sebagai prioritas utama serta optimalisasi kinerja produksi dan penjualan komoditas utama Perusahaan,” terang SVP Corporate Secretary Aneka Tambang, Kunto Hendrapawoko, Senin (15/3).

Antam juga berhasil menekan sejumlah pos beban. Beban pokok penjualan misalnya, menurun 19,01% dari semula Rp28,27 triliun menjadi Rp 22,89 triliun. Beban umum dan administrasi menurun 6,69% dari Rp 2,04 triliun menjadi Rp 1,91 triliun.

Beban penjualan dan pemasaran juga menurun, dari semula Rp 1,44 triliun menjadi Rp 533,07 miliar.

Berbeda dengan dua saudaranya, PT Timah Tbk (TINS) masih menderita kerugian di 2020. Produsen timah ini membukukan kerugian bersih senilai Rp 340,60 miliar. Hanya saja, kerugian ini menyusut dari kerugian bersih tahun sebelumnya yang mencapai Rp 611,28 miliar.

Baca Juga: Tahun 2021, PT Timah (TINS) fokus lunasi utangnya

Dari sisi pendapatan, TINS mengempit pendapatan senilai Rp 15,21 triliun, atau menurun 21,33% dari pendapatan tahun 2019 yang mencapai Rp 19,34 triliun.

Namun, emiten yang berbasis di Bangka Belitung ini berhasil menekan sejumlah bebannya. Beban pokok pendapatan menurun 22,53% menjadi Rp 14,09 triliun. Beban umum dan administrasi juga menurun 21,9% menjadi Rp 832,98 miliar.

Bahkan beban penjualan menurun hingga 55,28%, dari Rp semula 155,13 miliar menjadi Rp 69,44 miliar. Tahun ini, TINS juga membukukan pendapatan lain-lain senilai Rp 96,01 miliar yang sebagian besar berasal dari keuntungan selisih kurs.

Selanjutnya: Volume dan harga jual diprediksi naik, ini rekomendasi saham Bukit Asam (PTBA)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi