KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Rekayasa Industri (Rekind), anak perusahaan Pupuk Indonesia Holding Company mamasuki tahapan penting Gas-In yaitu masuknya aliran gas alam ke dalam fasilitas pabrik Proyek Strategis Nasional Gas Processing Facility (GPF) Jambaran Tiung Biru (JTB) milik PT Pertamina EP Cepu (PEPC). Direktur Utama Rekind, Triyani Utamingsih, mengatakan, walau sempat terdampak pandemi, tapi dengan komitmen yang tinggi, tim Rekind akhirnya berhasil melewati milestone penting Gas-In ini dengan baik. "Tak lupa segenap Direksi dan manajemen mengucapkan terima kasih kepada team Proyek JTB serta
support yang luar biasa dari keluarga," ujar Triyani dalam siaran pers, Senin (15/8).
Proses pencapaian Gas-In yang merupakan lingkup kerja Rekind itu berperan sangat strategis dalam keberlanjutan kegiatan proyek JTB.
Baca Juga: VokasiLand, Menjelajah Mahakarya Teknologi Pendidikan Vokasi Dalam tahapan ini, Rekind harus memastikan bahwa semua fasilitas pabrik telah lolos uji dan siap untuk dialiri gas alam dengan tingkat keselamatan yang sangat tinggi. GPF di proyek JTB sejak awal dirancang untuk mampu mengolah gas alam beracun dengan kadar H2S yang sangat tinggi menjadi gas berkualitas terbaik dan siap dikonsumsi. Gas-In merupakan tahap awal pembuktian bahwa
equipment dan instalasi terintegrasi yang dirancang bangun oleh insinyur-insinyur terbaik Rekind dari berbagai perguruan tinggi Indonesia berjalan dengan baik. "Keberhasilan dalam tahapan ini menunjukkan peran serta kompetensi Rekind tetap bisa diandalkan bagi pembangunan infrastruktur
industrial plant yang memiliki tingkat kesulitan tinggi seperti halnya di fasilitas gas JTB ini. Jelas ini sangat membanggakan,” tegas, Triyani. Gas alam di Proyek JTB yang bersumber dari sumur produksi Jambaran Central dan sumur Jambaran East ini mengandung kontaminan yang turunannya berupa hidrokarbon cair, air, H2S, dan gas inert.
Baca Juga: Respons Kenaikan Harga Jagung Global, Kemerintah Kerek Produksi Lokal Sebagai proses pemisahan awal, gas alam dipisahkan dari cairan yang menyertainya. Pekerjaan ini tentunya memerlukan SDM ahli dan berpengalaman saat merancang peralatan pabrik untuk memisahkan unsur kandungan tersebut sebelum berlanjut ke proses berikutnya. Komposisi gas alam yang diekstraksi dari sumur produksi masih sangat mentah, diperlukan proses khusus yang sering disebut dengan
sweetening process. Setelah memisahkan cairan pada separator hulu, dilakukan tahapan
dehydration process untuk memastikan kandungan air pada gas telah dihilangkan secara sempurna. "Kami sangat konsisten dan fokus secara penuh agar bisa memberikan hasil terbaik dalam mewujudkan keberlangsungan proyek JTB ini. Semua kami lakukan dengan seksama secara maksimal dan profesional melalui penerapan inovasi yang dimiliki Rekind, mulai dari proses perancangan hingga membangun infrastruktur berteknologi tinggi,” tegasnya.
Baca Juga: Pemerintah Akan Berikan Relaksasi Kredit Bagi Peternak yang Terdampak Wabah PMK Proyek JTB dirancang untuk mengolah gas input 330 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) dengan kapasitas produksi sales gas sebesar 192 MMSCFD. Gas yang dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan industri di wilayah Jawa Timur dan Jawa Tengah. Jambaran Tiung Biru ini sendiri secara khusus akan memproses gas bumi mentah menjadi gas bersih dengan kadar belerang, air dan gas karbon dioksida yang sudah sesuai spesifikasi. Gas tersebut dikompresi kemudian dialirkan sebagai gas jual (sales gas) ke jalur pipa milik Pertagas. Selain memproduksi sales gas, JTB nantinya juga akan memproduksi hasil samping yang juga bisa dimanfaatkan atau dijual yaitu kondensat dan asam sulfat. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli