Rekomendasi analis untuk emiten batubara



JAKARTA. Laju harga saham sektor tambang jadi primadona tahun ini. Melihat data Bloomberg, Kamis (13/10) kemarin harga saham batubara berada pada zona hijau dan tertinggi di angka 84,20. Sejak enam bulan yang lalu data grafik batu bara cenderung mengalami tren kenaikan.

Analis Danareksa Sekuritas Lucky Budi Purnomo mengatakan akumulasi kondisi saham sektor pertambangan dan konstruksi di IHSG berada di posisi terendah 5.350.

Namun, Lucky menegaskan pertambangan yang akan mengalami koreksi hanya terjadi untuk jangka pendek. Sedangkan untuk jangka menengah dan panjang pertambangan akan kembali menguat.


Melihat perkembangan harga batubara, PT Adaro Energy Tbk (ADRO) yang sahamnya menjadi penggerak IHSG menyatakan tidak akan meningkatkan jumlah produksi tahun ini meski harga batubara sedang naik. “Produksi akan tetap berada di 52-54 juta ton,” kata Presiden Direktur PT Adaro Energy Tbk Garibaldi Tohir.

Hal ini dilakukan karena PT Adaro Energy Tbk perlu menjamin cadangan pasokan batubaranya cukup untuk memenuhi dalam jangka waktu yang panjang terkhusus bagi PLTU milik PT Adaro Energy Tbk sendiri yang juga akan membutuhkan batubara agar terus beroperasi.

Harga batubara yang memang masih dalam tren kenaikan ini juga dirasakan pengaruhnya bagi PT Bukit Asam Tbk (PTBA). Kondisi ini dimanfaatkan PTBA untuk mengamankan cadangan batubara kualitas tinggi.

“Ini menjadi moment yang sangat baik untuk melakukan pengamanan cadangan batubara kualitas tinggi, di mana PTBA mulai melakukan pemasaran kualitas medium low range dengan harga yang baik,” kata sekretaris perusahaan Bukit Asam Adib Ubaidillah. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto