Rekomendasi Saham Bank Mandiri (BMRI) di Tengah Ketatnya Likuiditas



KONTAN.CO.ID – JAKARTA. PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) masih tetap tangguh di tengah kondisi ketatnya likuiditas. Emiten perbankan pelat merah ini diunggulkan karena memiliki rasio dana murah atau Current Account Saving Account (CASA) yang tebal.

Analis Sucor Sekuritas Edward Lowis mengatakan, BMRI mencatatkan pertumbuhan kredit luar biasa sebesar 19% year on year (YoY) dan 3% quartal on quartal (QoQ) di kuartal I-2024, didorong oleh kuatnya permintaan dari korporasi bertumbuh 28% YoY dan segmen komersial tumbuh 20% YoY, serta tingkat anak perusahaan tumbuh 16% YoY.

Dana Pihak Ketiga (DPK) juga mencatat pertumbuhan yang tinggi sebesar 13% YoY karena didorong oleh Current Account Saving Account (CASA) tumbuh 13% YoY dan Term Deposit (TD) tumbuh 12% YoY pada kuartal I-2024.


“Rasio CASA tetap stabil di angka 74%, tertinggi di industri setelah BBCA, semakin menampilkan kemampuan daya saing transaksional perbankan BMRI, baik di segmen ritel maupun grosir,” ungkap Edward dalam riset 2 Mei 2024.

Edward menuturkan, BMRI membukukan laba bersih sebesar Rp 12,7 triliun yang meningkat 1% YoY, namun turun 21% QoQ. Hasil tersebut sedikit meleset dari proyeksi Sucor Sekuritas karena sebagian besar oleh kenaikan biaya kredit atau Cost of Credit (CoC) dari basis yang rendah pada kuartal sebelumnya. Namun, CoC masih sehat di angka 1% per kuartal I 2024.

Baca Juga: IHSG Diproyeksi Cenderung Mixed pada Selasa (25/6), Simak Rekomendasinya

BMRI mencatat pertumbuhan Pre-Provisioning Operating Profit (PPoP) moderat sebesar 1% YoY dan turun 6% QoQ di kuartal I 2024, dengan pertumbuhan pinjaman luar biasa diimbangi oleh biaya dana yang lebih tinggi. Sehingga, ini menyeret Net Interest Margin (NIM) konsolidasi BMRI menjadi 5.1%, turun 41bps QoQ.

Namun, Edward berujar, manajemen BMRI mengindikasikan NIM atau margin bunga bersih mungkin mencapai titik terendah pada kuartal I-2024. Hal itu mengingat biaya dana telah membaik dalam beberapa bulan terakhir, sementara bank sedang mengkaji potensi kenaikan suku bunga kredit.

BMRI diharapkan akan mencatat peningkatan pendapatan di kuartal mendatang karena NIM tampaknya telah stabil, sementara bank mempunyai ruang yang cukup untuk menentukan kembali harga imbal hasil pinjaman (loan yield) di masa depan.

Sucor Sekuritas tetap mempertahankan pandangan positif terhadap BMRI untuk jangka menengah, dengan pendapatan pertumbuhan diproyeksikan mencapai CAGR 14% selama 5 tahun ke depan, didorong terutama oleh prospek pertumbuhan pinjaman yang kuat di kedua sektor grosir dan segmen ritel.

“BMRI semakin memantapkan posisinya sebagai perusahaan dan bank komersial terdepan di tanah air, dilengkapi dengan backbone digital yang kuat dan biaya dana (CoF) yang kompetitif. BMRI juga menunjukkan franchise CASA yang solid dengan rasio CASA yang sehat dipertahankan pada level >70% dalam beberapa tahun terakhir,” jelas Edward.

Baca Juga: Outstanding Restrukturisasi Covid-19 di Bank Masih Tersisa Rp 207,4 Triliun

Head of Research RHB Sekuritas Indonesia Andrey Wijaya menilai, kinerja pendapatan BMRI sedikit meleset karena tekanan NIM yang lebih buruk dari perkiraan di tengah kondisi likuditas yang ketat. Di sisi lain, pertumbuhan pinjaman BMRI tetap kuat sementara kualitas aset tetap terjaga.

Manajemen BMRI telah memangkas panduan NIM menjadi 5,0-5,3% untuk tahun 2024, dari sebelumnya 5,3%-5,5%, namun tetap mempertahankan panduan pertumbuhan pinjamannya.

Pertumbuhan kredit BMRI telah melebihi panduan yaitu sebesar 19% YoY pada kuartal pertama 2024, daripada panduan sebesar 13% – 15%. Pertumbuhan kredit ini didorong oleh segmen korporasi tumbuh 27.9% yoy dan 3.48% qoq, dengan sektor utama antara lain pertambangan, keuangan, dan perkebunan kelapa sawit.

“Meskipun permintaan pinjaman tinggi, manajemen tetap berhati-hati dalam mempertahankan panduan pertumbuhan pinjaman untuk saat ini karena situasi likuiditas. Namun, BMRI melihat adanya keuntungan dari panduan pertumbuhan pinjamannya, jika likuiditas membaik,” ujar Andrey kepada Kontan.co.id, Senin (24/6).

Analis Samuel Sekuritas Prasetya Gunadi melihat, ketatnya likuiditas perbankan mungkin akan tetap berlanjut pada semester kedua 2024, seiring pertumbuhan simpanan yang lebih lambat dan mode pertumbuhan pinjaman ekspansif karena perbankan mengalami persyaratan cadangan wajib yang tinggi.

Serta, pengaruh dari crowding out effect yang sebagian disebabkan oleh penerbitan obligasi pemerintah.

Dus, Samuel Sekuritas lebih memilih bank dengan rasio CASA yang tinggi, karena mereka akan terus menikmati biaya dana yang lebih rendah di tengah kondisi likuiditas yang semakin ketat. BMRI menjadi pilihan utama di sektor perbankan yang didukung pertumbuhan CASA sekitar 15.7% yoy per April 2024.

“BMRI telah menunjukkan perbaikan pada biaya dana sejak awal tahun ini didukung oleh pertumbuhan CASA, dampak dari digitalisasi aplikasi Livin dan transformasi cabang dengan otomatisasi lebih besar,” ungkap Prasetya dalam riset 4 Juni 2024.

Sucor Sekuritas secara konservatif memangkas sebagian besar proyeksi pendapatan untuk BMRI di tahun 2024. Hal itu karena memperhitungkan kenaikan biaya dana yang lebih tinggi dari perkiraan dan NIM yang lebih rendah.

Edward memproyeksi, laba bersih BMRI kemungkinan akan mencapai Rp52,3 triliun pada tahun 2024, lebih rendah 5% YoY dari tahun 2023. Tahun lalu emiten perbankan pelat merah ini catat net profit sekitar Rp 55,06 triliun.

 
BMRI Chart by TradingView

Andrey turut merevisi pendapatan BMRI mungkin akan terkoreksi sekitar 3% YoY menjadi Rp 57.06 triliun di tahun 2024. RHB Sekuritas secara konservatif mengasumsikan adanya tekanan NIM lebih luas seiring revisi panduan NIM dari manajemen BMRI.

Secara keseluruhan di sektor perbankan, Prasetya menurunkan perkiraan pertumbuhan rata-rata karena margin yang lebih rendah seiring likuiditas yang ketat. Laba bersih BMRI diperkirakan turun 5% YoY di tahun 2024.

Namun demikian, Prasetya tetap optimistis terhadap sektor perbankan secara keseluruhan. Sebab, harga saham bank-bank BUMN termasuk BMRI dinilai telah oversold dan penurunan kinerja tahun ini sebagian besar telah diperhitungkan oleh pasar.

Dari sisi kualitas aset, Edward menilai, kualitas aset BMRI secara keseluruhan relatif stabil dengan rasio Loan At Risk (LAR) sedikit membaik menjadi 8,4% per kuartal I 2024, dibandingkan 8,6% di tahun 2023. Non Performing Loan (NPL) juga tetap stabil di angka 1,2%, meski memburuknya segmen mikro dan konsumen.

“Kualitas aset yang kuat ini, ditambah dengan rasio cakupan BMRI yang luas, akan memungkinkan bank untuk mempertahankan biaya kredit yang rendah sebesar 1,0% – 1,2%,” tambahnya.

Edward mempertahankan rekomendasi Beli untuk BMRI dengan target harga sebesar Rp 7.400 per saham. Senada, Prasetya menyarakan Beli untuk BMRI dengan target harga sebesar Rp 7.400 per saham.

Sementara, Andrey merekomendasikan Beli untuk BMRI dengan target harga lebih tinggi pada level Rp8.160 per saham. Per Senin (24/6), BMRI ditutup pada level harga Rp 6.000 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari