KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hingga menjelang akhir bulan April ini, sejumlah emiten dari berbagai sektor industri ramai menggelar aksi akuisisi. Ada yang sudah terealisasi, ada pula yang dalam tahap perjanjian jual-beli saham. Sebagian menggelar akuisisi untuk menambah portofolio diversifikasi, maupun merambah bisnis energi baru dan terbarukan. Contohnya PT United Tractors Tbk (
UNTR) yang melanjutkan ekspansi di segmen pembangkit listrik panas bumi melalui akuisisi PT Supreme Energy Rantau Dedap senilai US$ 80,69 juta atau setara Rp 1,26 triliun. Emiten dari Grup Barito, PT Barito Renewables Energy Tbk (
BREN) tak ketinggalan dalam menambah portofolio bisnis pembangkit hijau. Pada awal April 2024 BREN merampungkan akuisisi terhadap Sidrap Bayu Energy, untuk ekspansi pembangkit listrik tenaga angin dengan nilai transaksi US$ 102,2 juta atau sekitar Rp 1,62 triliun.
PT Indika Energy Tbk (
INDY) juga melanjutkan agenda diversifikasi bisnisnya. INDY mengakuisisi sisa 54% saham PT Natura Aromatik Nusantara, eksportir minyak atsiri terbesar keempat di Indonesia, dengan nilai akuisisi US$ 12,7 juta.
Baca Juga: Musim Akuisisi, Simak Rekomendasi Saham dari Analis Berikut Ini Dari bisnis minyak dan gas, aksi akuisisi dilakukan oleh PT Energi Mega Persada Tbk (
ENRG). Pada akhir Maret lalu, emiten yang terafiliasi dengan Grup Bakrie ini telah menyelesaikan akuisisi atas dua aset minyak (di Blok Siak dan Kampar) yang telah berproduksi di daerah Riau. Dari sektor keuangan, ada PT Bank BTPN Tbk (
BTPN) yang mengakuisisi dua perusahaan pembiayaan, yakni PT Oto Multiartha dan PT Summit Oto Finance. Kemudian di sektor kesehatan ada PT Diagnos Laboratorium Utama Tbk (
DGNS) yang akan mengakuisisi Asa Ren dengan nilai transaksi US$ 21,69 juta. Selanjutnya, ada Grup Emtek yang akan kembali melebarkan sayap bisnisnya melalui akuisisi. Kali ini, PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (
EMTK) akan mengambilalih PT Cardig Aero Services Tbk (
CASS) dengan nilai transaksi sebesar Rp 872,76 miliar. CEO Edvisor Profina Visindo, Praska Putrantyo menilai aksi akuisisi yang dilakukan emiten cukup memberikan sinyal orientasi pertumbuhan jangka panjang. Terutama bagi emiten yang rajin menambah portofolio aset dalam bentuk diversifikasi, sebagai upaya mencapai bisnis berkelanjutan.
Baca Juga: Harga Nikel Kembali Melonjak, Begini Prospek Saham INCO hingga ANTM Menimbang prospek usaha dan era suku bunga saat ini yang relatif tinggi, Praska memandang nilai akuisisi yang dilakukan belakangan ini cukup kompetitif. Hanya saja, perlu dicermati kembali seberapa signifikan dampak akuisisi bagi kinerja emiten akan turut bergantung dari seberapa besar saham yang diambil alih. Meski dampaknya tidak instan, tapi umumnya akuisisi akan memberi sentimen positif jangka pendek pada harga saham emiten tersebut. "Akuisisi belum tentu langsung terefleksi pada kinerja keuangan emiten. Jadi, masih perlu mencermati kondisi keuangan saat ini, beserta potensi pertumbuhan bisnis dari kontribusi akuisisi tersebut," kata Praska kepada Kontan.co.id, Senin (22/4). Founder Stocknow.id Hendra Wardana melihat aksi akuisisi yang cukup ramai terjadi sejak awal tahun ini menandakan adanya gairah untuk menumbuhkan bisnis dari sisi kinerja keuangan maupun kapasitas produksi. Catatan Hendra, akuisisi akan memberikan dampak yang signifikan ketika perusahaan yang diambil alih memiliki manajemen dan operasional yang sehat. Branch Manager Jasa Utama Capital Sekuritas, Gladwin Andyka sepakat investor juga perlu mencermati bagaimana kondisi fundamental perusahaan. Di sisi lain, momentum sektoral dan dukungan dari pemerintah terhadap industri yang digeluti akan membawa dorongan lebih kuat.
Baca Juga: MDKA, ANTM dan PGAS Jadi Saham Jagoan IPOT pada Pekan Ini Gladwin mencontohkan UNTR dan BREN yang mengakuisisi pembangkit listrik berbasis energi hijau. Begitu juga INDY yang getol mendiversifikasi bisnis ke arah
green energy. Selain itu, aksi BTPN yang mengakuisisi dua perusahaan pembiayaan dari Grup Oto juga menarik di tengah pasar kendaraan bermotor yang potensial. Head of Equities Investment Berdikari Manajemen Investasi Agung Ramadoni menimpali, sebagai pilihan investasi pelaku pasar bisa melirik emiten yang rajin melakukan akuisisi dalam rangka diversifikasi. Sebagai strategi untuk investasi jangka panjang, investor dapat mengakumulasi sahamnya saat terjadi pelemahan harga. Agung merekomendasikan saham INDY, UNTR, EMTK dan BTPN. Sedangkan Gladwin memberikan catatan terkait kondisi pasar saham yang saat ini cukup tertekan. Investor perlu mencermati efek geopolitik yang mendorong pelemahan rupiah, dan di sisi lain mengerek naik harga komoditas.
Baca Juga: Inilah Rekomendasi Saham Pilihan Usai Keputusan Sengketa Pemilu Dalam momentum tersebut, Gladwin melirik saham berbasis komoditas dan energi, yakni UNTR dengan
support Rp 25.000 dan target harga Rp 27.000. Kemudian BREN dengan memperhatikan
support di Rp 7.550 dan
resistance di level Rp 8.200 hingga Rp 9.000, serta INDY dengan mencermati
support Rp 1.400 dan
resistance Rp 1.600. Praska punya pandangan serupa, dimana saham komoditas energi sedang terangkat oleh sentimen eskalasi konflik di kawasan Timur Tengah. Saran Praska, perhatikan peluang
buy on weakness pada saham INDY, ENRG dan UNTR. Sementara Hendra menyematkan rekomendasi
buy untuk saham UNTR dengan target harga Rp 28.600 dan
stoploss di Rp 23.450. Kemudian
buy saham INDY dengan target harga Rp 1.800 hingga Rp 2.100 sebagai target berikutnya, serta
stoploss jika tembus ke level Rp 1.360 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati