KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham emiten yang bergelut di bisnis energi baru dan terbarukan (EBT) menarik perhatian pelaku pasar dalam satu tahun terakhir. Apalagi usai PT Barito Renewables Energy Tbk (
BREN) meroket hingga menembus barisan puncak emiten dengan kapitalisasi pasar terbesar. Namun jika diakumulasi secara
year to date hingga perdagangan kemarin, Senin (12/8), laju saham BREN masih tertinggal dari PT Arkora Hydro Tbk (
ARKO). Entitas usaha Grup Astra melalui PT United Tractors Tbk (
UNTR) ini mengakumulasi kenaikan harga saham sebanyak 56,03%. Harga saham ARKO bahkan melejit 14,58% secara harian pada perdagangan kemarin. Membawa harga ARKO ke level Rp 1.100 per saham. Sementara itu, harga saham BREN baru melaju sejauh 12,71% sejak awal tahun 2024. Kini harga BREN parkir di posisi Rp 8.425 per saham.
Dari entitas grup plat merah, PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (
PGEO) masih mampu mengakumulasi kenaikan 5,13%. Kemarin, harga PGEO ditutup stagnan pada level Rp 1.230 per saham. Berbeda dari tiga emiten EBT lainnya, laju saham PT Kencana Energi Lestari Tbk (
KEEN) masih tertinggal. Secara year to date, harga saham KEEN mengakumulasi penurunan 8,39%. KEEN sedang diperdagangkan pada harga Rp 710 per saham.
Baca Juga: IHSG Ditutup Menguat, Simak Proyeksi Hari Ini Selasa (13/8) Dari sisi kinerja keuangan, mayoritas emiten mampu menumbuhkan laba, meski pendapatan mengalami penurunan pada semester I-2024. Tengok saja BREN yang pendapatannya turun 2,32% secara tahunan atau
Year on Year (YoY) dari US$ 296,98 juta menjadi US$ 290,07 juta dalam enam bulan pertama 2024. Emiten dari grup konglomerasi milik Prajogo Pangestu ini mampu mengerek keuntungan meski dengan level yang minimalis. Laba bersih BREN tumbuh tipis 0,53% YoY dari US$ 57,64 juta jadi US$ 57,95 juta. Penurunan pendapatan juga dialami oleh PGEO, dengan pendapatan yang melandai 1,43% YoY dari US$ 206,73 juta menjadi US$ 203,76 juta. Namun PGEO juga mampu mendongkrak laba bersih dengan kenaikan 3,77%, dari US$ 92,77 juta ke level US$ 96,27 juta. Nasib serupa dialami oleh KEEN. Pendapatan KEEN menurun 7,86% YoY dari US$ 24,55 juta menjadi US$ 22,62 juta. Tapi laba bersih KEEN menanjak sebanyak 3,02% dari sebelumnya US$ 9,58 juta menjadi US$ 9,87 juta. Berbeda cerita dengan ARKO yang pendapatan maupun laba bersih kompak menyusut. ARKO meraup pendapatan sebesar Rp 100,33 miliar atau turun 8,69% YoY dari sebelumnya Rp 109,88 miliar. Laba bersih ARKO tergerus 7,19% dari Rp 33,10 miliar menjadi Rp 30,72 miliar.
Baca Juga: Simak Rekomendasi Teknikal Saham AKRA, BBRI, dan ACES untuk Selasa (13/8) Analyst Stocknow.id Dinda Resty Angira menilai kinerja emiten EBT pada separuh pertama tahun ini sesuai ekspektasi. Kinerja emiten EBT juga tak terlepas dari pengaruh makro ekonomi dan tantangan global. Dinda mengamati penurunan pendapatan emiten EBT terjadi akibat harga jual dan volume penjualan yang melandai. Di sisi lain, peningkatan laba bersih menunjukkan sebagian emiten mampu melakukan efisiensi operasional. Memasuki semester kedua ini, prospek kinerja emiten EBT berpotensi tumbuh, sejalan dengan potensi meningkatnya permintaan energi ramah lingkungan. Hanya saja, volatilitas harga energi dan tekanan marjin masih menjadi risiko. "Peluang pertumbuhan kinerja emiten EBT terbuka, terutama bagi yang mampu memperluas proyek dan meningkatkan efisiensi. Emiten dengan strategi ekspansi dan manajemen risiko yang baik memiliki prospek yang lebih kuat," kata Dinda kepada Kontan.co.id, Senin (12/8).
Baca Juga: Wall Street Bervariasi Menjelang Rilis Data Ekonomi; CPI Jadi Fokus Investor Research Analyst Phintraco Sekuritas Aditya Prayoga turut melihat emiten EBT masih punya ruang yang besar untuk bertumbuh. Terutama untuk jangka yang lebih panjang, dengan dorongan dari komitmen pemerintah menggenjot bauran EBT dalam pembangkit listrik nasional. Salah satu segmen EBT yang memiliki potensi pengembangan besar adalah panas bumi. "Pemerintah juga telah menetapkan target ambisius guna membantu mencapai tujuan Nol Emisi pada tahun 2060. Hal ini juga sejalan dengan komitmen global mengatasi perubahan iklim," ungkap Aditya. Hanya saja, pelaku pasar mesti tetap selektif dalam mencermati indikator valuasi maupun momentum teknikal, jika ingin mengoleksi saham emiten EBT. Merujuk RTI Business, secara valuasi saat ini BREN memiliki Price to Earning Ratio (PER) sebesar 589,73 kali. Sedangkan PGEO mempunyai PER 16,17 kali, ARKO 52,43 kali dan KEEN 8,02 kali. Kalkukasi Dinda, rata-rata PER pada industri dan sektor energi terbarukan berada di level 74,44 kali. Dus, secara valuasi saham BREN tergolong
overvalued. Dinda menyarankan agar investor mencermati posisi valuasi emiten sembari mempertimbangkan potensi pertumbuhan bisnis jangka panjangnya. Dinda pun menilai saham PGEO dan ARKO layak untuk dikoleksi.
Baca Juga: Harga Melonjak 18% Sehari, Market Cap DSSA Lewati TLKM Target harga PGEO bisa dipertimbangkan pada level Rp 1.285-Rp 1.335, dan
stop loss di Rp 1.195. Sedangkan target harga ARKO ada di level Rp 1.175-Rp 1.250, dengan
stop loss di Rp 1.010. Aditya menyarankan
buy on support saham PGEO dan BREN. Koleksi PGEO pada area harga Rp 1.210-Rp 1.220 untuk target di Rp 1.280 dan
stop loss pada Rp 1.195. Untuk saham BREN, masuk pada area Rp 8.100-Rp 8.250 untuk target Rp 8.825, dan
stop loss jika anjlok ke bawah Rp 7.925.
Secara teknikal, Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana turut merekomendasikan saham PGEO, BREN dan ARKO. Sedangkan saham KEEN masih cenderung
sideways. Saran Herditya, cermati peluang
buy on weakness saham PGEO dengan
support di Rp 1.195,
resistance Rp 1.265 untuk target harga Rp 1.285-Rp 1.325. Kemudian,
trading buy BREN dan ARKO.
Support untuk BREN ada di Rp 8.075,
resistance pada Rp 8.500 untuk target harga Rp 8.750-Rp 9.175. Sementara untuk
support ARKO ada di Rp 1.035,
resistance Rp 1.120, dengan target harga Rp 1.140-Rp 1.180 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati