KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pendapatan PT Harum Energy Tbk (
HRUM) terdongkrak oleh kontribusi dari segmen nikel. Sepanjang sembilan bulan 2024, HRUM meraup pendapatan senilai US$ 970,17 juta atau meningkat 51,01% dibandingkan periode yang sama tahun lalu atau
year on year (YoY). Sebagai perbandingan, per September 2023 lalu pendapatan HRUM baru mencapai level US$ 642,44 juta. HRUM kini membukukan penjualan dari nickel matte dan feronikel, sehingga pendapatan hingga kuartal III-2024 bisa tumbuh ketika kontribusi dari penjualan batubara merosot. HRUM mencatatkan penjualan ekspor nickel matte sebesar US$ 296,89 juta dan feronikel senilai US$ 145,29 juta. Sedangkan penjualan lokal nickel matte dan feronikel masing-masing sebesar US$ 16,79 juta dan US$ 55,01 juta hingga September 2024.
Pada periode yang sama, penjualan ekspor batubara HRUM menyusut 30,78% YoY menjadi US$ 371,52 juta. Sedangkan penjualan batubara ke pasar lokal turun 26,08% YoY menjadi US$ 73,35 juta.
Baca Juga: Menteri Ara: Harum Energy (HRUM) Siap Bantu Program 3 Juta Rumah Meski
top line melonjak, tapi
bottom line HRUM justru merosot. Laba bersih HRUM menyusut 34,80% YoY dari US$ 107,27 juta menjadi US$ 69,93 juta hingga September 2024. Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Rizkia Darmawan menilai pendapatan HRUM dalam periode sembilan bulan 2024 relatif sesuai dengan ekspektasi. Namun, perolehan laba bersih HRUM berada di bawah perkiraan konsensus. Meski profitabilitas operasional cukup kuat, namun laba bersih tertekan oleh lonjakan biaya dan harga jual rata-rata alias Average Selling Price (ASP) nikel yang lebih rendah. "Tantangannya ada dalam ASP nikel, peningkatan biaya tunai dan kenaikan biaya operasional," kata Rizkia. Dengan begitu, Rizkia menekankan HRUM perlu fokus pada manajemen biaya. Menjaga tingkat ASP juga akan menjadi hal yang krusial untuk menstabilkan margin, supaya HRUM bisa memenuhi target profitabilitas di akhir tahun 2024.
Baca Juga: Cek Rekomendasi Saham Sektor Batubara & Migas di Tengah Fluktuasi Harga Sektor Energi Research Analyst Stocknow.id Emil Fajrizki mengamini, penurunan laba bersih HRUM mencerminkan tingginya biaya yang terkait dengan pengembangan segmen nikel dan fluktuasi harga komoditas batubara. Secara outlook kinerja, Emil menaksir transformasi portofolio HRUM ke segmen nikel berada di arah yang positif. Apalagi, HRUM juga masih mengembangkan portofolio di segmen nikel dengan sejumlah aksi korporasi yang dilakukan pada akhir September 2024. "Menunjukkan komitmen HRUM untuk memperkuat posisinya dalam rantai pasok nikel domestik dan global," ungkap kepada Kontan.co.id, Selasa (19/11). Emil memprediksi kinerja HRUM bakal stabil hingga tutup tahun 2024. Peluang peningkatan kontribusi dari segmen nikel masih terbuka. Namun, fluktuasi harga komoditas global tetap menjadi tantangan utama. Di samping ekspansi di segmen nikel, HRUM juga sedang dalam aksi korporasi berupa pembelian kembali
(buyback) saham. HRUM memiliki waktu hingga 12 bulan sejak 18 September 2024 sampai dengan 17 September 2025 untuk melakukan
buyback dengan anggaran hingga Rp 1 triliun.
Baca Juga: November 2024, Saham Ini Masuk Blue Chip, Cek yang Memiliki Prospek Investasi Bagus Mempertimbangkan prospek kinerja dan aksi
buyback yang sedang dilakukan, Emil menyarankan
buy on weakness atau
hold saham HRUM. Perhatikan
support di level Rp 1.120 - Rp 1.100 sebagai area beli. Sedangkan
resistance berada di level Rp 1.250-Rp 1.280 untuk target
profit taking jangka pendek. Secara teknikal, Equity Analyst Kanaka Hita Solvera William Wibowo juga menyarankan
buy on weakness HRUM dengan
support di Rp 1.105 dan
resistance pada Rp 1.200. Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana punya rekomendasi yang sama,
buy on weakness HRUM untuk target harga di level Rp 1.200-Rp 1.260.
Menutup perdagangan Selasa (19/11), harga HRUM menguat 3,12% ke level Rp 1.155 per saham. Jika dihitung secara
year to date, harga saham HRUM mengakumulasi penurunan 13,48%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati