Rekomendasi Saham INCO di Saat Harga Nikel Masih Tinggi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga jual nikel yang tinggi mengerek pendapatan laba bersih PT Vale Indonesia Tbk (INCO) di kuartal pertama. Sementara volume produksi dan penjualan nikel justru turun.

Pendapatan INCO naik 13,81% menjadi US$ 235,08 juta di kuartal pertama 2022. Sedangkan laba bersih INCO melonjak 100,80% menjadi US$ 67,65 juta. Penyokong pendapatan Vale lainnya adalah penurunan beban pokok pendapatan yang mencapai 29,2% secara kuartalan. 

Analis Ciptadana Sekuritas Asia Thomas Radityo mengatakan, laba bersih Vale Indonesia di kuartal pertama melebihi ekspektasi. Besaran laba di tiga bulan pertama ini pun mencapai 29% dari prediksinya sepanjang tahun 2022. 


"Pertumbuhan pendapatan juga masih solid, didukung oleh kenaikan tarif rata-rata atau average selling price (ASP) nikel sebesar 25,3%," ujar Thomas dalam riset. 

Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham Vale Indonesia (INCO) Saat Harga Nikel Diproyeksi Masih Solid

Analis Phillip Sekuritas Indonesia Dustin Dana Pramitha menambahkan, produksi nikel INCO yang sebesar 13.827 metrik ton baru memenuhi 21,1% dari total prediksi produksi total sepanjang tahun 2022. Penurunan produksi INCO di kuartal pertama karena proyek pembangunan kembali Tanur 4.

Alhasil, tingkat produksi di tahun 2022 masih berada di bawah ekspektasi rata-rata 5 tahun. INCO menyebut proyek pembangunan akan rampung tahun ini sehingga tingkat produksi berpotensi kembali di rata-rata 72.000 metrik ton per tahun. 

Thomas memperkirakan, INCO berpotensi mencatat kenaikan laba 8,9% menjadi US$ 254 juta di tahun ini. "Kami masih memilih INCO sebagai salah satu pilihan utama kami di sektor logam karena nikelnya kemampuan produksi memastikan pertumbuhan pendapatan yang relatif stabil dari nikel yang solid," ujar Thomas. 

Baca Juga: Kantong Tebal Vale Indonesia (INCO) Berkat Tingginya Nikel

Analis Kiwoom Sekuritas Rizky Khaerunnisa mengatakan prospek INCO tahun ini masih solid. Tapi, INCO sangat sensitif terhadap pergerakan harga nikel karena 100% pendapatan disumbangkan oleh penjualan nikel matte.

"INCO baru-baru ini menandatangani perjanjian kerangka kerja untuk mengembangkan proyek HPAL dengan Zhejiang Huayou Cobalt Company Limited di Pomalaa, INCO juga akan mengakuisisi hingga 30% saham dalam proyek yang akan menghasilkan 120 ktpa PLTMH di 2025," ucap Rizky. 

Selain itu, INCO dikabarkan sedang mengincar proyek HPAL lainnya di Sorowako untuk memanfaatkan cadangan bijih limonit dengan kapasitas 60 ktpa. Dengan proyek-proyek baru tersebut ada potensi kinerja di tahun 2022 akan membaik.

Rizky mengatakan pergerakan saham INCO saat ini secara valuasi masih murah. Jika ingin melakukan trading jangka pendek, investor dapat wait and see terlebih dahulu. Tetapi untuk jangka panjang hingga akhir tahun Rizky menyarankan untuk melakukan buy atau bisa hold bagi yang sudah punya saham INCO.

Baca Juga: Buy Saham INCO, Simak Penjelasan dari Analis Mirae Asset Berikut Ini

Rizky memperkirakan INCO berpotensi meraup pendapatan US$ 1,19 miliar tahun ini dengan laba US$ 254,6 juta. Dengan prediksi tersebut, pendapatan dan laba INCO masing-masing meningkat 25% dan 54%.

Sementara Dustin memproyeksikan pendapatan INCO untuk sepanjang tahun 2022 berada di kisaran US$ 1,19 milliar dengan laba US$ 274 juta. 

"Potensi tersebut didukung oleh harga jual rata-rata yang berpeluang meningkat ke level US$ 17.964 per metrik ton atau naik 26% secara tahunan," ucap Dustin. 

Dustin merekomendasikan buy untuk saham INCO dengan target harga Rp 9.275 per saham. Sementara, Thomas merekomendasikan buy untuk saham INCO dengan target harga Rp 7.850 per saham. Rabu (8/6), harga saham INCO ditutup pada Rp 7.700 per saham

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati