Rekomendasi Saham Jasa Penunjang Migas Saat Harga Minyak Bergerak di Level US$ 80



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak mentah dunia masih berkutat di kisaran level US$ 80 per barel. Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) diperdagangkan pada harga US$ 80,11 per barel pada Senin (28/8) pukul 8.35 WIB. Sedangkan harga brent ada di posisi US$ 84,43 per barel.

Kendati melandai dibandingkan tahun lalu, tapi level harga minyak mentah saat ini dinilai masih kondusif menopang kinerja emiten jasa penunjang minyak dan gas (migas). Investor Relations PT Wintermar Offshore Marine Tbk (WINS) Pek Swan Layanto melihat kondisi harga minyak masih sesuai dengan ekspektasi.

Pek Swan meyakini harga minyak akan bertahan pada harga yang cukup tinggi, sejalan dengan keputusan OPEC+ memangkas produksi minyak. "Kami meyakini dunia saat ini berada dalam fase siklus yang baru, dipicu peningkatan permintaan migas dan penekanan yang semakin kuat pada ketahanan energi," ungkapnya kepada Kontan.co.id, Senin (29/8).


Pek Swan memperkirakan siklus investasi baru di sektor migas akan menghasilkan lonjakan aktivitas eksplorasi dan produksi, khususnya pada investasi hulu migas offshore. Peningkatan investasi ini akan membuat permintaan yang lebih besar terhadap kapal Offshore Supply Vessels (OSV).

Baca Juga: Menguat di Awal Pekan, IHSG Berpotensi Kembali Naik Pada Selasa (29/8)

Apalagi ketika pasar OSV saat ini menghadapi keterbatasan pasokan kapal. "Kombinasi antara permintaan yang tinggi dan keterbatasan pasokan ini diharapkan akan mendorong kenaikan tarif sewa kapal OSV," ujar Pek Swan.

Optimisme WINS terhadap prospek kinerja tahun ini tercermin dari kinerja top line dan bottom line yang positif pada semester I-2023. Di samping WINS, emiten jasa penunjang migas lain yang mampu mencetak kinerja apik dalam periode setengah tahun adalah PT Elnusa Tbk (ELSA).

Manager of Corporate Communications ELSA Jayanty Oktavia Maulina mengungkapkan pertumbuhan pendapatan usaha maupun laba bersih turut ditopang oleh meningkatnya aktivitas jasa produksi migas. Di antaranya melalui unit bisnis jasa hydraulic workover, drilling fluid services, coiled tubing unit, well testing, dan electric wireline.

ELSA pun terus berupaya meningkatkan pangsa pasar di Pertamina Group maupun non Pertamina Group. "Kami menatap optimistis prospek semester II-2023 dengan memperkuat fundamental bisnis menuju pertumbuhan yang kompetitif dan berkelanjutan," ujar Jayanty.

Baca Juga: IHSG Diprediksi Lanjut Menguat pada Selasa (29/8), Simak Saham Rekomendasi Analis

Sementara itu, Corporate Secretary PT Apexindo Pratama Duta Tbk (APEX) Frieda Salvantina mengatakan pada semester II-2023 ini pihaknya terus mempelajari berbagai peluang memaksimalkan utilisasi rig yang belum bekerja. Ada tambahan satu unit rig darat yakni Rig 10 yang dijadwalkan mulai bekerja di Kuartal III-2023.

Frieda bilang, APEX akan mengikuti tender yang sesuai dengan spesifikasi teknis rig yang dimiliki. Adapun bagi APEX volatilitas harga migas dunia tidak akan secara langsung mempengaruhi kinerja.

Sebab, day rate (harga sewa harian) rig Apexindo tidak mengikuti tren harga minyak dunia. "Harga sewa rig APEX sudah disepakati bersama klien di awal kontrak dan berlaku mengikat selama periode kontrak tersebut," terang Frieda.

Baca Juga: Tekan Polusi, Pemerintah Bakal Mengalirkan Subsidi ke Pertamax?

Rekomendasi Saham

Meski punya dampak beragam bagi kinerja bisnis emiten, tapi volatilitas harga minyak mentah dunia tetap menjadi sentimen penting bagi pergerakan sahamnya. Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani mengatakan korelasi ini secara umum berlaku bagi saham emiten berbasis komoditas dengan pergerakan harga underlying komoditasnya.

Dus, outlook harga minyak mentah dunia terutama WTI Crude Oil akan membawa sentimen terhadap pergerakan harga saham emiten jasa penunjang migas. Arjun pun mengingatkan risiko volatilitas di tengah berbagai katalis yang memengaruhi pergerakan harga minyak mentah dunia saat ini.

Arjun menyarankan saham emiten migas bisa dipertimbangkan sebagai pilihan trading dibandingkan investasi dengan jangka yang panjang. "Karena risiko tinggi dan volatile, bergantung terhadap underlying komoditasnya sendiri yang juga volatile," sebut Arjun.

CEO Edvisor Profina Visindo Praska Putrantyo turut mengingatkan tekanan dari arah kebijakan suku bunga acuan dan perlambatan ekonomi China terhadap harga minyak mentah dunia. Praksa memproyeksikan harga minyak mentah tahun ini ada di kisaran US$ 75-US$ 85 per barel.

Baca Juga: Indonesia Perlu Percepat Pengembangan Lapangan Migas untuk Penuhi Kebutuhan Domestik

Praska menilai tren harga di atas US$ 80 per barel masih cukup kondusif untuk menjaga kinerja emiten jasa kontraktor dan logistik migas. "Meski dengan angka pertumbuhan kinerja yang tidak sebesar capaian tahun lalu yang ditopang lonjakan harga minyak," sebutnya.

Sementara itu, Equity Analyst Kanaka Hita Solvera Andhika Cipta Labora memperkirakan di sisa tahun ini harga minyak mentah dunia berpotensi bergerak dalam rentang US$ 80 - US$ 90 per barel. Dengan permintaan yang masih terjaga, Andhika menaksir level harga tersebut akan menjaga prospek emiten sektor migas.

Sebagai pilihan investasi, Andhika merekomendasikan ELSA dengan target penguatan ke Rp 420 per saham-Rp 430 per saham. ELSA juga menjadi saham pilihan Arjun dengan target harga Rp 408 per saham.

Selain itu, Arjun menjagokan saham PT Rukun Raharja Tbk (RAJA) dengan target harga Rp 960 per saham. "Mereka (ELSA dan RAJA) mempunyai valuasi yang menarik, undervalued. Secara teknikal juga kelihatan bagus," ujar Arjun.

Praska turut menjagokan saham ELSA dan RAJA. Saran Praska, buy on weakness ELSA untuk jangka pendek-menengah di tengah valuasi yang relatif murah. Sedangkan RAJA bisa menjadi alternatif dengan rekomendasi buy untuk jangka menengah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati