Rekomendasi Saham MEDC yang Fokus Garap South Natuna - Corridor & Listrik ET di 2023



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) optimistis kinerja operasional sampai tutup tahun 2022 bisa tercapai sesuai target. MEDC pun sudah menyiapkan fokus bisnis untuk tahun 2023.

Vice President Corporate Planning & Investor Relations MEDC, Myrta Sri Utami, menyampaikan hingga akhir 2022 pihaknya berpegang pada panduan produksi migas sebesar 160 milion barrel oil equivalent per day (mboepd). Sedangkan target penjualan ketenagalistrikan mencapai 4.000 Gigawatt hour (GWh).

Target itu lebih tinggi dari panduan yang MEDC canangkan di awal tahun. Sebelum revisi, panduan produksi migas MEDC di tahun 2022 adalah sebesar 155 mboepd dan target penjualan listrik di 3.500 GWh.


Myrta belum bersedia membeberkan secara rinci panduan operasional MEDC untuk 2023. Dia hanya mengungkapkan, prioritas MEDC menggarap segmen minyak dan gas (migas) dan listrik berbasis energi terbarukan (ET).

Baca Juga: Mengupas Sektor Saham yang Punya Prospek Cerah di 2023

MEDC akan fokus pada pengembangan migas di South Natuna Block B dan Corridor. Untuk segmen ketenagalistrikan, MEDC menggarap proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Bali berkapasitas 2 x 25 Megawatt peak (MWp) dan proyek Geothermal Ijen 30 MW.

MEDC juga belum merinci belanja modal (capex) yang dibutuhkan untuk tahun depan. Hanya saja, MEDC sudah mengambil ancang-ancang untuk mengamankan pendanaan.

Dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia pada Rabu (28/12), MEDC mengumumkan telah mendapatkan kucuran dana senilai US$ 420 juta. Pinjaman itu didapatkan setelah MEDC menandatangani Perubahan dan Pernyataan Kembali Perjanjian Fasilitas (Amanded and Restated Facility Agreement) dengan beberapa perbankan.

Meliputi Australia and New Zealand Banking Group Limited cabang Singapura, PT Bank ANZ Indonesia, ING Bank N.V. Singapore Branch (ING) dan Societe Generale Singapore Branch (SG), sebagai pemberi pinjaman awal (original lenders). Jatuh tempo pinjaman berlangsung pada 31 Desember 2028.

Pinjaman senilai US$ 420 juta itu digunakan untuk beberapa keperluan. "Saat ini kami belum dapat menginformasikan perincian alokasi pinjaman. Seperti dalam keterbukaan informasi, dana akan digunakan untuk pelunasan hutang, biaya operasi dan biaya modal," kata Myrta kepada Kontan.co.id, Kamis (29/12).

Baca Juga: Bayar Sisa Utang, Medco Energy (MEDC) Raih Pinjaman US$ 420 Juta

Rekomendasi Saham MEDC

Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Fajar Dwi Alfian melihat strategi MEDC dalam pengelolaan pinjaman dan perbaikan rasio utang akan memberikan dampak positif. Secara umum, pada tahun ini kinerja bisnis dan saham MEDC telah terangkat oleh lonjakan harga komoditas migas.

Hanya saja, Fajar mengingatkan agar investor mencermati kembali risiko melandainya harga komoditas minyak mentah. Kondisi ini mulai tampak dari pergerakan saham MEDC yang cenderung melemah dalam sebulan terakhir.

Hingga penutupan pasar hari ini (29/12), saham MEDC ambles 2,37% ke harga Rp 1.030, mengakumulasi penurunan 8,44% dalam periode sebulan. Meski secara year to date, saham MEDC masih mencatatkan kenaikan 121,03%.

"Untuk saat ini harga sahamnya masih bergerak sideways cenderung melemah, imbas fluktuasi yang terjadi pada harga minyak mentah dunia," ujar Fajar.

Baca Juga: Saham Energi Melesat, Masih Bisa Dikoleksi?

Di tengah sentimen ketidakpastian ekonomi global di tahun depan dan pembukaan ekonomi China, Fajar menilai saham MEDC masih layak sebagai pilihan trading atau investasi jangka pendek. Investor bisa  memperhatikan area support-resistance di Rp 995 per saham-Rp 1.120 per saham.

Sementara itu, Analis RHB Sekuritas Indonesia, Andhika Suryadharma, melihat saham MEDC masih cocok sebagai pilihan investasi jangka pendek sampai menengah. Untuk harga migas, prospeknya masih bisa terjaga di tengah situasi geopolitik yang belum mereda.

Terlepas dari kemungkinan penurunan harga minyak, Andhika menyoroti sejumlah katalis positif bagi MEDC di tahun depan. Antara lain dari pengakuan pendapatan setahun penuh aset Corridor dan kontribusi di segmen pertambangan Amman Mineral Nusa Tenggara.

Andhika pun merekomendasikan buy saham MEDC dengan target harga di level Rp 1.400 per saham. "Masih layak untuk short to medium term. Kami melihat masih cukup berprospek positif apalagi Rusia rencananya mau kurangi produksi minyak," kata Andhika.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati