Rekomendasi Saham Pilihan Saat Harga Batubara Global Masih Longsor



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga batubara global masih dalam tren menurun pada pekan kedua Januari 2025. Merujuk Tradingeconomics, harga batubara anjlok 1,21% ke level US$ 118,30 per ton pada Rabu (8/1). 

Equity Research Analyst Panin Sekuritas Rizal Nur Rafly mengamati harga batubara global melanjutkan tren penurunan setelah sempat mendaki di atas level US$ 150 per ton pada Oktober 2024. Situasi ini disebabkan sejumlah faktor, terutama akibat kelebihan pasokan batubara global.

Rizal menyoroti rata-rata produksi batubara China mencapai rekor tertinggi 14,27 juta ton per hari pada November 2024. Produksi batubara China melonjak dari 12,28 juta ton per hari pada Oktober 2024.


"Stok batubara yang tinggi dengan peningkatan 12% dalam dua bulan hingga Oktober 2024 menekan permintaan baru," ujar Rizal kepada Kontan.co.id, Rabu (8/1).

Selain itu, penggunaan tenaga listrik berbasis air juga meningkat di pusat industri China di tengah curah hujan yang tinggi. Kondisi ini turut membuat permintaan terhadap batubara menyusut. 

Baca Juga: United Tractors (UNTR) Gencarkan Ekspansi Tahun 2025 Ini, Cek Rekomendasi Analis

Research Analyst Stocknow.id Emil Fajrizki menambahkan, penggunaan sumber energi alternatif turut menekan batubara, seperti gas alam yang secara harga cukup kompetitif. Emil pun menaksir harga batubara pada awal tahun 2025 masih akan tertekan dengan adanya volatilitas, tergantung dari faktor permintaan di Asia dan pengendalian produksi.

Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas turut memprediksi outlook harga batubara akan lanjut melandai di awal tahun ini. Apalagi, perbaikan ekonomi di China sebagai penggerak utama belum mengimbangi produksi batubara yang masih di level tinggi.

Head of Investment Specialist Maybank Sekuritas Indonesia Fath Aliansyah Budiman sepakat, faktor China masih memegang peranan penting. Fath memperkirakan, efek dari stimulus ekonomi di China akan terlihat lebih jelas pada kuartal II-2025.

Baca Juga: Simak Capex Emiten Tambang dan Energi pada 2025: Ada MEDC, AMMN, UNTR dan ARKO

Dampak terhadap Emiten

Rizal memprediksi harga batubara pada tahun 2025 akan bergerak dalam rentang US$ 110 per ton-US$ 130 per ton. Pergerakan harga komoditas tentu bakal memengaruhi kinerja pendapatan dan laba dari emiten batubara.

Dengan asumsi harga saat ini di level US$ 118 per ton, Rizal menaksir masih ada peluang bagi emiten untuk menjaga profitabilitas. Terutama bagi emiten dengan efisiensi produksi yang tinggi.

Meski, jika dibandingkan secara tahunan (year on year), tekanan pada kinerja keuangan emiten pada 2025 akan sulit terhindarkan. Proyeksi itu dengan asumsi harga batubara masih berada di bawah US$ 120 per ton.

"Emiten dengan diversifikasi pasar ekspor, kontrak penjualan jangka panjang, dan operasional yang efisien diprediksi lebih mampu menjaga stabilitas kinerja," terang Rizal.

Baca Juga: Ekonomi Tak Pasti, Emiten Tambang dan Energi Lebih Berhati-hati

Emil sepakat, struktur biaya yang kompetitif menjadi faktor penting untuk menjaga margin keuntungan emiten. Selain itu, emiten yang memiliki diversifikasi komoditas, bisnis maupun pasar akan punya daya tahan lebih menghadapi tekanan harga komoditas.

"Emiten dengan kontrak penjualan jangka panjang juga memiliki keuntungan karena harga jual mereka relatif lebih stabil dibandingkan harga pasar spot," terang Emil.

Sebagai pilihan investasi, Emil menjagokan saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA), dengan target harga masing-masing Rp 28.875 per saham dan Rp 2.860 per saham. Sedangkan Rizal menyodorkan ITMG, PTBA dan PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) sebagai pilihan investasi jangka menengah hingga panjang.

Sukarno menyematkan rekomendasi buy AADI dengan target harga Rp 11.500. Sementara Fath mengingatkan secara teknikal mayoritas harga saham batubara berada dalam pola downtrend, seperti yang terjadi pada ITMG, PTBA dan PT United Tractors Tbk (UNTR).

"Agar mendapatkan risiko yang lebih terukur ada baiknya menunggu sampai dengan momentum secara teknikal membaik," tandas Fath.

Selanjutnya: Selain KUR, Pemerintah Siapkan Produk Pinjaman Baru Untuk Pekerja Migran

Menarik Dibaca: Prakiraan Cuaca Jakarta Besok (9/1): Dari Berawan Hingga Hujan Petir

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati