KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham sektor barang baku melaju kencang sejak memasuki semester II-2023. Sepanjang pekan lalu, sektor barang baku yang tercermin dari IDX
basic materials pun terbang paling tinggi dengan kenaikan 3,66%. Padahal, kinerja sektor barang baku lesu di semester I-2023. Bandingkan saja, posisi IDX basic materials pada akhir perdagangan Juni masih minus 18,35%, sektor paling jeblok setelah IDX energy. Hingga perdagangan Senin (4/9), IDX basic materials sudah parkir di zona hijau, bergerak naik 1,86% secara
year to date (YtD). Equity & Economics Analyst KGI Sekuritas Indonesia, Rovandi menyoroti performa sebagian emiten barang baku yang lebih baik dari estimasi pasar, seperti yang terjadi pada sejumlah emiten semen, emas, dan kimia. Selain itu, kondisi makro ekonomi Indonesia yang masih solid menjaga prospek bisnis emiten barang baku.
"Kebutuhan dalam negeri masih belum berubah dan pertumbuhan ekonomi juga masih sesuai perkiraan dengan inflasi di kisaran 3%," kata Rovandi kepada Kontan.co.id, Senin (4/9).
Baca Juga: ARB Balik Simetris, Saham Lapis Kedua Berpotensi Naik Kelas Head of Research Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan menambahkan, sektor manufaktur di Indonesia konsisten berada dalam fase ekspansif sepanjang Januari-Agustus 2023. Dalam dua bulan terakhir, indeks manufaktur Indonesia ada di level 53.3 pada Juli dan 53.9 di bulan Agustus. Sejalan dengan itu, permintaan terhadap bahan baku pun akan ikut terangkat. "Konsumsi domestik masih tetap solid, yang membuat keyakinan bahwa sektor manufaktur Indonesia masih akan ekspansif," imbuh Valdy. Solidnya industri dan pasar dalam negeri turut meredam katalis negatif yang datang dari China. Beberapa waktu lalu sempat mencuat kekhawatiran pertumbuhan ekonomi yang tidak sesuai ekspektasi dan krisis properti di Negeri Tirai Bambu itu akan membawa efek negatif bagi emiten logam.
Baca Juga: IHSG Menguat ke 6.996, BBNI, BBRI, BRMS Paling Banyak Dibeli Asing Hari Ini (4/9) Analis Investindo Nusantara Sekuritas Pandhu Dewanto berpandangan, penurunan
demand dari China tidak begitu mengkhawatirkan. "Siklus ekonomi akan terus berjalan dan secara produksi mereka dalam fase bertumbuh yang cukup kuat. Sehingga kinerjanya cepat atau lambat akan membaik," ungkap Pandhu. Pandhu melanjutkan, faktor ketiga yang mengangkat sektor barang baku adalah lonjakan sejumlah saham
big cap yang punya bobot besar terhadap indeks. Seperti yang terjadi pada PT Amman Mineral Internasional Tbk (
AMMN) dan PT Barito Pacific Tbk (
BRPT). Valdy menimpali, faktor pendongkrak keempat adalah mayoritas emiten baru yang IPO dengan nilai emisi jumbo tahun ini berasal dari sektor barang baku. Meliputi AMMN, PT Trimegah Bangun Persada Tbk (
NCKL), dan PT Merdeka Battery Materials Tbk (
MBMA). "Outlook positif dari sektor ini juga dapat diindikasikan adanya pelaksanaan IPO dengan nilai emisi besar di 2023, yang turut memicu penguatan indeks sektor basic materials," imbuh Valdy.
Baca Juga: Nyaris 7.000, Intip Proyeksi IHSG Untuk Perdagangan Selasa (5/9) Rekomendasi Saham Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas melihat prospek saham sektor barang baku masih menarik. Hanya saja, patut dicatat bahwa dalam jangka pendek pelaku pasar perlu mewaspadai aksi
profit taking. Terutama pada saham-saham yang sudah naik tinggi seperti BRPT. Sukarno menyarankan untuk
taking profit terlebih dulu, lalu koleksi kembali di harga yang lebih rendah atau menerapkan strategi
buy on weakness untuk saham BRPT. Selain itu, Sukarno menyematkan rekomendasi
hold AMMN serta
trading buy untuk saham MBMA, PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (
INKP) dan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (
SMGR).
Baca Juga: Tiga Sentimen Hiasi Pasar Pekan Ini, Cek Empat Rekomendasi Saham dari Indo Premier Research Analyst Reliance Sekuritas, Ayu Dian memperkirakan solidnya aktivitas bisnis dan industri dalam negeri masih akan mendorong permintaan dan volume penjualan emiten barang baku. Sebagai pilihan investasi, saham PT Bumi Resources Minerals Tbk (
BRMS) dan PT Vale Indonesia Tbk (
INCO) bisa ditimbang untuk
speculative buy. Hitungan Ayu, target harga BRMS ada di level Rp 236 dan Rp 6.725 sebagai target harga INCO. Pandhu juga menjagokan saham INCO, bersama dengan NCKL sebagai pilihan investasi jangka panjang dengan
upside potential yang cukup menarik. Sementara Rovandi menyodorkan BRMS, PT Cemindo Gemilang Tbk (
CMNT), PT Madusari Murni Indah Tbk (
MOLI), dan PT Solusi Bangun Indonesia Tbk (
SMCB) sebagai saham potensial yang layak dicermati. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati