Rekomendasi Saham Sektor Barang Baku yang Sedang Tertekan dan Masuk Fase Distribusi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Seluruh indeks sektoral kompak memerah pada perdagangan Selasa (14/3). Penurunan seluruh indeks sektoral menyeret Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ambles 2,14% ke posisi 6.641,81. 

Sektor saham barang baku yang tercermin dari IDX basic materials menjadi salah satu indeks dengan penurunan terdalam. Sejak awal tahun 2023, IDX basic materials sudah terjun 5,69%. Hanya kalah dari sektor energi dan infrastruktur.

Analis menyoroti sejumlah faktor yang menekan saham emiten barang baku. Head of Research Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan melihat moderasi harga komoditas menjadi salah satu pemicunya.


Harga komoditas yang melandai beriringan dengan ekspektasi penurunan permintaan. Apalagi di tengah kecenderungan bank sentral besar di dunia melanjutkan kebijakan moneter ketat, salah satunya melalui kenaikan suku bunga acuan.

Baca Juga: Trafik Data Emiten Telekomunikasi Diprediksi Melonjak hingga 25% Saat Ramadan

Indeks manufaktur sejumlah negara pun mengalami penurunan pada Februari 2023, seperti yang terjadi di Amerika Serikat dan Eropa. Kondisi ini memberikan sentimen negatif bagi saham-saham barang baku.

Sejumlah saham dengan kapitalisasi pasar besar di sektor ini ikut terseret turun secara year to date. Tengok saja saham PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Vale Indonesia Tbk (INCO), PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP), dan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA).

Pengamat Pasar Modal dan Founder WH Project, William Hartanto, menambahkan pergerakan saham emiten jumbo di sektor ini sedang masuk ke fase distribusi. Artinya, ada aksi jual atau profit taking yang cukup dominan dari pelaku pasar. 

Saham-saham yang berada pada fase distribusi itu memiliki bobot yang besar sehingga berdampak signifikan bagi indeks sektoral. Seperti pada saham INCO, MDKA, PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) dan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP).

Baca Juga: Menilik Potensi Pergerakan IHSG di Pekan Rapat Dewan Gubernur BI

"Selain dari faktor distribusi tersebut, dengan kondisi IHSG yang sedang sepi dan sentimen negatif eksternal, saham-saham sektor ini juga jadi kurang diminati pelaku pasar," ujar William kepada Kontan.co.id, Selasa (14/3).

William melanjutkan, pergerakan harga saham dalam fase ini akan terlihat seperti melawan kinerja fundamental emiten. Meski begitu, William menilai kondisi ini masih terbilang wajar. 

Menurut dia, investor tidak perlu panik dengan hal ini. Bahkan bisa memanfaatkan momentum pelemahan harga saham-saham tersebut untuk mulai melakukan cicil beli.

"Sektor ini masih sangat dibutuhkan ke depannya, jadi tidak dalam kondisi sun set atau harus menunggu siklus berikutnya. Karena dalam bisnis, bahan baku selalu dibutuhkan untuk diolah menjadi produk," imbuh William.

Valdy menimpali, secara global ada indikasi pemulihan aktivitas manufaktur sejak kuartal keempat 2022 hingga awal tahun ini. Namun dalam jangka pendek ada peningkatan uncertainty risk, terutama terkait dampak arah kebijakan moneter.

Baca Juga: Emiten Grup Sinarmas, Salim, Hingga Saratoga Catatkan Kinerja Positif Tahun Lalu

Dus, Valdy menyarankan wait and see terlebih dulu untuk saham sektor barang baku. "Pemulihan signifikan diperkirakan baru terjadi di semester kedua 2023 ketika sejumlah bank sentral besar di dunia diperkirakan mulai mencapai terminal rate," ujarnya.

Analis Samuel Sekuritas Indonesia Daniel Widjaja sepakat pergerakan saham emiten barang baku akan tergantung dari kondisi ekonomi global dan domestik. Apalagi di tengah kekhawatiran imbas dari kolaps Silicon Valley Bank (SVB) dan Silvergate yang membuat pelaku pasar akan lebih berhati-hati.

Menimbang berbagai sentimen tersebut, Daniel masih merekomendasikan buy untuk saham SMGR dengan target harga di Rp 9.200 per saham. Pelaku pasar bisa mempertimbangkan sell INTP dan hold PT Avia Avian Tbk (AVIA) dengan target harga Rp 790 per saham.

Sementara itu, William menyarankan wait and see untuk INKP dan PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (TKIM). Kemudian bisa mulai cicil bertahap saham INCO dengan target harga Rp 6.525 per saham-Rp 6.600 per saham, PT Samator Indo Gas Tbk (AGII) target harga Rp 2.170, dan PT Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk (ISSP) target harga Rp 280 per saham-Rp 300 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati