KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Semen Indonesia Tbk (
SMGR) berhasil mencatatkan pendapatan Rp 8,14 triliun pada kuartal pertama 2022. Jumlah ini naik 0,7% bila dibandingkan periode yang sama tahun 2021 sebesar Rp 8,08 triliun. Emiten semen pelat merah ini membukukan laba bersih Rp 498,56 miliar. Laba SMGR naik 10,7% secara tahunan. Analis Ciptadana Sekuritas Asia Michael Filbery dalam risetnya mengatakan, kenaikan laba SMGR sejalan dengan ekspektasi memenuhi 20,6% dari target laba tahun 2022.
"Pertumbuhan laba dibantu oleh beban bunga yang lebih rendah 26,2% secara tahunan dan pajak beban 8,4% secara tahunan di tengah angka operasional yang lebih lemah," ujar Michael.
Baca Juga: Kenaikan Biaya Energi Masih Membayangi Kinerja Industri Semen Cost Of Goods Sold (COGS) naik 1,9% secara tahunan, melebihi pertumbuhan pendapatan tetap sebesar 0,7% secara tahunan. Ini sebabnya laba kotor Semen Indonesia turun 3,2% secara tahunan. Michael mengatakan, volume penjualan SMGR turun 6% akibat penurunan pertumbuhan volume ekspor sebesar 29% secara tahunan. Penurunan pasar ekspor ini terjadi karena SMGR lebih fokus ke domestik pasar. Volume penjualan domestik naik 1,6% secara tahunan menjadi 7,5 juta ton. Angka ini masih di bawah pertumbuhan pasar sebesar 4,7% secara tahunan.
Baca Juga: Semen Indonesia (SMGR) Berhasil Mencetak Kinerja Apik di Kuartal I-2022 Michael menduga bahwa pertumbuhan volume domestik yang lebih lambat disebabkan oleh peningkatan harga jual rata-rata atau
average selling price (ASP) selama kuartal pertama 2021 sebesar 2,1% secara kuartal, melanjutkan peningkatan ASP di kuartal keempat 2021 sebesar 3,8%. "Perusahaan telah mempertimbangkan untuk menyesuaikan ASP untuk mempertahankan margin di tengah kenaikan harga batubara," ujar Michael. Michael menyampaikan kenaikan ASP mengakibatkan pangsa pasar SMGR turun sebesar 85 bps secara kuartal menjadi 48%. Pasalnya, banyak produsen semen yang tidak mengerek harga.
Baca Juga: Indeks IDXV30 Paling Moncer, Simak Rekomendasi Saham Penghuninya Di sisi biaya, Michael melihat SMGR mampu mengendalikan beban pokok pendapatan per ton yang hanya meningkat sebesar 9,6% secara tahunan. Padahal, kenaikan bahan bakar dan biaya energi mencapai 35,9% secara tahunan menjadi Rp 261.700 per ton. "Peningkatan biaya yang dapat dikelola ini adalah terbantu oleh kemampuan perusahaan mengamankan pasokan batubara melalui harga DMO sebesar 78,1%," ujar Michael. Menurut Michael pasar semen domestik turun 9,5% secara tahunan di 22 April dibandingkan tahun lalu dimana mempengaruhi penjualan semen di sebagian besar Pulau Jawa.
Baca Juga: Saham BUMN Berkinerja Apik Sejak Awal Tahun, Mana yang Prospektif? Michael mengharapkan volume penjualan domestik akan normal dan memangkas target volume penjualan sepanjang tahun 2022 sebesar 2,9% menjadi 33,6 juta ton dengan mempertimbangkan pangsa pasar SMGR tahun 2022 menjadi 49,5% karena penyesuaian ASP. "Oleh karena itu, kami memperkirakan volume penjualan domestik SMGR kuartal kedua 2022 akan tumbuh sebesar 2,9% secara tahunan menjadi 7,2 juta ton," ujar Michael. Michael mempertahankan rekomendasi beli untuk saham SMGR dengan target harga Rp 11.000 per saham. Jumat (3/6), harga saham SMGR turun 1,05% ke Rp 7.100 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati