KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Triputra Agro Persada Tbk (
TAPG) mencetak kinerja gemilang di sepanjang tahun lalu. Emiten perkebunan kelapa sawit ini berhasil mencatatkan kenaikan pendapatan dua kali lipat pada tahun 2022. Analis Ciptadana Sekuritas Yasmin Soulisa dalam riset tanggal 2 Maret 2023 memaparkan bahwa TAPG mencatatkan pertumbuhan laba di tahun lalu, terutama karena didukung oleh peningkatan pendapatan dari segmen minyak kelapa sawit atau
crude palm oil (CPO) &
palm kernel (PK) sebesar 50,4% secara
year on year (YoY). Pendapatan dari segmen penjualan karet juga naik sebesar 7,5% YoY, sementara penjualan Tandan Buah Segar (TBS) turun 65,2% YoY. Alhasil, emiten milik Taipan TP Rachmat ini mampu mengantongi laba bersih sebesar Rp 3,09 triliun atau melonjak sekitar 157% dengan raihan pendapatan sebesar Rp 9,35 triliun atau naik sekitar 129%. Melesatnya laba bersih turut dipengaruhi oleh pengendalian biaya produksi pada
cost of goods sold (COGS).
Yasmin bilang, capaian positif itu merupakan kerja keras manajemen TAPG untuk menjaga biaya tetap terkendali di tengah meningkatnya produksi. Tahun lalu, TAPG berhasil mengendalikan biaya dengan COGS hanya meningkat 20,8% menjadi Rp 5,63 triliun.
Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham Triputra Agro (TAPG) di Tengah Lesunya Harga CPO COGS yang lebih tinggi pada tahun 2022 adalah sebagian besar didorong oleh kenaikan harga pupuk dan biaya pemeliharaan infrastruktur. Pabrik biaya minyak sawit juga melonjak 24,5% YoY karena volume yang lebih tinggi dan kebutuhan biaya pemeliharaan. Sementara itu, biaya pembelian TBS naik 20,9% YoY karena kenaikan volume dan harga beli. Selain itu, lanjut Yasmin, produksi CPO melambung 17,6% YoY dengan harga jual rata-rata alias
average selling price (ASP) yang lebih kuat. Produksi TBS inti TAPG tumbuh kuat 21,2% YoY menjadi 3,20 juta ton pada 2022 karena perkebunan yang lebih produktif, praktik agronomi yang baik dan kondisi iklim yang mendukung. Produksi plasma TBS juga naik 11,1% YoY menjadi 354 ribu ton, membawa total produksi TBS menjadi 3,55 juta ton, atau meningkat 20,7% YoY. Sementara, tingkat ekstraksi minyak yaitu
oil extraction rate (OER) tetap berada di bawah tekanan karena curah hujan tinggi tahun lalu, sehingga turun menjadi 22,6% dibandingkan 23,0% pada tahun 2021. Namun, kinerja TAPG ditopang oleh pertumbuhan dua digit produksi TBS, solidnya produksi CPO yang tumbuh 17,6% YoY menjadi 999 ribu ton, serta produksi inti sawit (PK) meningkat 20,5% YoY menjadi 210 ribu ton.
Baca Juga: Intip Target Pertumbuhan Produksi Triputra Agro (TAPG) pada Tahun Ini Performa apik emiten perkebunan ini juga didukung oleh usia pohon perusahaan yang berada di usia matang pada tahun lalu, dimana profil umur pohon sawit meningkat menjadi 12 tahun. Dari situ, produktivitas lebih terjaga dengan menghasilkan TBS yang lebih tinggi sebesar 24,5 ton/ha dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 20,3 ton/ha. Yasmin menjelaskan, lonjakan produksi berdampak pada volume penjualan CPO yang naik 15,2% YoY menjadi 666.187 ton dengan ASP Rp 12.211/kg atau tumbuh 31,7% YoY. Senada, penjualan PK juga meningkat 24,9% YoY menjadi 141.747 ton dengan ASP sekitar Rp 8.209/kg atau tumbuh 13,4% YoY pada 2022. Hanya saja, tren penjualan positif tidak terjadi pada segmen TBS. Penjualan TBS turun 81,3% YoY menjadi 6.466 ton dengan ASP Rp3.202/kg atau tumbuh 47,5% YoY. Lesunya penjualan TBS antara lain karena pabrik kelapa sawit baru beroperasi sejak Mei 2022. Sedangkan dari segmen kayu, penjualan
slab and ribbed smoked sheet (RSS) melonjak 43,9% YoY menjadi 1.209 ton dengan ASP sebesar Rp21.657/kg atau turun 5,6% YoY.
Baca Juga: Harga Masih Tinggi, Emiten CPO Kejar Kenaikan Produksi Analis Pilarmas Investindo Sekuritas Desy Israhyanti turut meyakini kinerja Triputra Agro masih berada di jalur positif. Hal itu karena melihat performa keuangan TAPG yang mengalami kenaikan baik dari sisi
top line ataupun
bottom line. Selain itu, TAPG dinilai aktif dalam mendiversifikasikan bisnisnya.
“TAPG ini juga memiliki diversifikasi produk atas karet yang juga mengalami kenaikan di tahun lalu,” imbuh Desy kepada Kontan.co.id, Kamis (9/3). Namun, Desy mewaspadai kinerja TAPG karena menilai fluktuasi harga komoditas CPO. Serta, tanaman yang mendominasi perkebunan Triputra Agro sudah berusia matang, sehingga dibutuhkannya aktivitas penanaman kembali
(replanting). Desy merekomendasikan
buy untuk TAPG dengan target harga di rentang Rp 635 per saham–Rp 665 per saham. Sementara, Yasmin menyarankan
buy dengan target harga di Rp 1.290 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati