KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT United Tractors Tbk (
UNTR) kian fokus pada bisnis energi ramah lingkungan. Teranyar, UNTR menyelesaikan akuisisi Supreme Energi Rantau Dedap (SERD) yang merupakan perusahaan pembangkit listrik tenaga panas bumi. SERD memegang izin usaha panas bumi untuk Wilayah Kerja Rantau Dedap di Muara Enim, Sumatera Selatan. Adapun, kapasitas terpasang PLTP Rantau Dedap Tahap I adalah sebesar 91,2 MW dan semua kapasitas listriknya akan UNTR salurkan kepada PLN. "Kami melihat akuisisi ini secara positif sebagai bagian dari inisiatif diversifikasi bisnis UNTR," tulis analis Phillip Sekuritas, Helen dalam risetnya, Rabu (11/12).
Emiten grup Astra ini memang mulai mengurangi paparan dari batubara. Perseroan menargetkan portofolio yang lebih seimbang, yaitu 50% batubara dan 50% non-batubara.
Baca Juga: IHSG Menguat ke 7.198,9 di Pagi Ini (18/12), Sektor Barang Baku Naik Paling Tinggi Analis OCBC Sekuritas, Budi Rustanto menilai meski membutuhkan upaya yang tak singkat, tetapi Internal Rate of Return (IRR) yang dibutuhkan pada energi terbarukan lebih rendah, yakni 10%-11%. Sementara, untuk investasi secara umum, perusahaan menargetkan IRR di kisaran 12%-15%. Alhasil, belanja modal atawa
capital expenditure (capex) di 2025 diperkirakan antara US$ 1 miliar dan US$ 1,1 miliar. Dana itu, terutama untuk pembelian alat berat di bidang kontraktor pertambangan dan pengembangan smelter RKEF. Adapun capex di 2024, UNTR menganggarkan sebesar US$ 900 juta. Selain energi terbarukan, UNTR juga akan fokus pada investasi mineral. "UNTR akan fokus pada urutan prioritas, emas dan tembaga; nikel; bauksit dan bijih besi," sebutnya. Hingga Oktober 2024, UNTR mencatatkan volume penjualan emas sebesar 187.754 Gold Equivalent Ounces (GEOs), naik dari periode yang sama tahun sebelumnya 156.501 GEOs. Lalu, nikel ore sebesar 1.577.762 wet metric ton (wmt).
Baca Juga: Arkora Hydro (ARKO) Membidik Potensi dari Swasembada Energi Untuk batubara, UNTR mencatat
overburden removal PAMA naik 6,8% YoY menjadi 1.027 juta bcm. Lalu produksi juga masih naik 14,7% YoY menjadi 125 juta ton. Produksi batubara Tuah Turangga Agung (TTA) naik 19% menjadi 10,9 juta ton. Sementara segmen alat berat, UNTR mencatatkan penurunan volume penjualan menjadi 3.764 unit dari periode yang sama tahun 2023 sebanyak 4.692 unit. Head of Research Ciptadana Sekuritas Asia, Arief Budiman menuturkan, kinerja operasional UNTR sejalan dengan perkiraannya. Sehingga diperkirakan kinerja pendapatan masih akan tumbuh, meski laba bersih diproyeksikan akan lebih rendah, seiring rata-rata harga batubara yang lebih rendah. Untuk 2025, UNTR mengumumkan target penjualan alat berat merek Komatsu sebesar 4.600 unit, naik 5,7% YoY dari target 2024. OB dan produksi batubara PAMA masing-masing ditargetkan naik 2% YoY menjadi 1,25 juta bcm dan 150 juta ton. Volume penjualan batubara dari operasi pertambangan TTA diperkirakan mencapai 14 juta ton, naik 6,1% YoY. Sedangkan volume penjualan emas dan bijih nikel diperkirakan akan meningkat masing-masing sebesar 2,1% menjadi 240.000 GEOs dan 5,3% menjadi 2 juta wmt.
Baca Juga: Pilihan Saham Harga Hemat di Akhir Tahun Arief menuturkan, target manajemen pada tahun 2025 untuk Komatsu, OB removal dan produksi batu bara PAMA, serta produksi bijih nikel sejalan dengan targetnya, masing-masing sebesar 4.600 unit, 1,26 miliar bcm, 151 juta ton, dan 2 juta ton. Sementara, panduan produksi batubara TTA 12% lebih tinggi dari targetnya sebesar 12,5 juta ton. Berdasarkan kinerja hingga Oktober 2024 yang kuat dan sejalan dengan panduan 2025, Arief menyesuaikan volume batu bara TTA dan volume emas 2025 Agincourt agar sejalan dengan panduan terbaru. Perkiraan volume batubara TTA meningkat 14% menjadi 14,3 juta ton, sementara perkiraan volume emas berkurang dari 280.000 GEOs menjadi 240.000 GEOs, sehingga menghasilkan peningkatan 2% pada pendapatan 2025 menjadi Rp 19,9 triliun. "Kami masih melihat adanya kemungkinan manajemen untuk menaikkan proyeksi volume tahun depan karena mereka telah menetapkan target yang rendah," paparnya.
Ciptadana Sekuritas Asia pun meningkatkan target harga UNTR menjadi Rp 33.000 per saham dari Rp 32.000 per saham dengan rekomendasi
buy. Phillip Sekuritas dan OCBC Sekuritas juga menyematkan rating
buy, masing-masing dengan target harga Rp 31.500 per saham dan Rp 32.000 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati