KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (
IHSG) telah turun dalam lima perdagangan beruntun. IHSG menutup perdagangan Selasa (29/10) dengan pelemahan 0,37% ke posisi 7.606,60. Arus dana keluar (
capital outflow) masih berlanjut, dengan posisi investor asing yang melakukan aksi jual bersih (
net sell) sebesar Rp 511,19 miliar di seluruh pasar. Sedangkan jika hanya menghitung di pasar reguler, investor asing melakukan
net sell sebesar Rp 934,51 miliar. Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengamati sejumlah faktor penekan bursa saham, terutama dari eksternal. Nico menyoroti sentimen dari tensi geo-politik yang masih tinggi, dinamika politik pasca pemilihan umum di Jepang, dan kelanjutan stimulus di China.
Selain itu, investor mencermati dinamika politik menjelang pemilihan presiden serta data inflasi & ketenagakerjaan Amerika Serikat (AS). "Beberapa hal ini membuat pelaku pasar cenderung memilih untuk aksi ambil untung atau
wait and see," kata Nico kepada Kontan.co.id, Selasa (29/10).
Baca Juga: Saham Big Cap Turun Bikin IHSG Terjun, Simak Rekomendasi Analis Berikut Ini Kepala Riset FAC Sekuritas Indonesia Wisnu Prambudi Wibowo mengamini, investor cenderung wait and see menjelang rilis data utama ekonomi AS yang akan memengaruhi arah kebijakan The Fed. Pada saat yang sama, investor asing masih melanjutkan aksi jual dan nilai tukar rupiah masih tertekan. Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Miftahul Khaer sepakat, pelemahan nilai tukar rupiah menjadi salah satu faktor penekan IHSG. Di sisi lain, sejumlah saham big bank mengalami penurunan sehingga ikut menggerus indeks. Miftahul melihat faktor eksternal masih akan memengaruhi pergerakan IHSG pada Rabu (30/10). Dalam skenario
bearish, Miftahul menaksir IHSG akan bergerak pada kisaran
support 7.549–7.559. Sementara dalam skenario
bullish akan melaju ke
resistance 7.648-7.658. Research Analyst Stocknow.id Emil Fajrizki memprediksi IHSG akan bergerak pada
support 7.580 dan
resistance di area 7.650. Emil memperkirakan IHSG masih dalam fase konsolidasi dengan potensi penurunan lebih lanjut jika tekanan jual meningkat. Emil melirik saham PT MAP Aktif Adiperkasa Tbk (
MAPA), PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (
ADMR), dan PT Timah Tbk (
TINS) dengan target harga masing-masing di Rp 1.030, Rp 1.540, dan Rp 1.380.
Baca Juga: IHSG Melemah 5 Hari, Saham Perbankan Jadi Top Laggards pada Selasa (29/10) Miftahul menyodorkan saham PT Amman Mineral Internasional Tbk (
AMMN), PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (
CPIN), PT Jasa Marga (Persero) Tbk (
JSMR) dan PT Summarecon Agung Tbk (
SMRA). Sedangkan Wisnu merekomendasikan saham PT Puradelta Lestari Tbk (
DMAS), PT HM Sampoerna Tbk (
HMSP), PT XL Axiata Tbk (
EXCL) dan PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (
INKP). Sementara itu, Senior Research Analyst Lotus Andalan Sekuritas, Fath Aliansyah melihat kondisi pelemahan IHSG saat ini hanya bersifat sementara, setidaknya hingga sentimen pemilihan presiden AS usai. Dalam situasi ini, IHSG berpotensi bergerak dalam rentang yang cukup lebar dengan
support di 7.454 dan
resistance di 7.800. Dalam posisi saat ini, Fath melihat saham
big bank yakni PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (
BBRI), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (
BMRI), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (
BBNI), PT Bank Syariah Indonesia Tbk (
BRIS), serta saham PT Astra International Tbk (
ASII) menarik dicermati. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati