Rekomendasi Sektor Saham Menarik dari MAMI Di Era Suku Bunga Turun



MOMSMONEY.ID - The Fed memberikan sinyal bahwa suku bunga Fed Funds Rate (FFR) kan turun lebih dalam lagi, hal ini membuat investasi di kawasan Asia, termasuk Indonesia jadi lebih menarik. 

Samuel Kesuma Chief Investment Officer Equity PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) mengatakan dalam keterangan tertulis, Senin (7/10), informasi Fed dot plot terakhir mengindikasikan potensi pemangkasan total 200 bps sampai akhir tahun 2025. 

Hal tersebut membuat selisih suku bunga Asia dengan Amerika Serikat (AS) diperkirakan melebar, seiring ekspektasi pemangkasan FFR akan lebih agresif dibandingkan pemangkasan suku bunga kawasan Asia. 


Alhasil, secara relatif  tingkat suku bunga Asia lebih menarik. Selain itu, proyeksi moderasi pertumbuhan PDB AS juga membuat Asia bisa lebih menarik bagi investor, dengan pertumbuhannya yang lebih tinggi karena siklus pengetatan suku bunga sebelumnya tidak seagresif AS.

Baca Juga: Nasihat Abadi Warren Buffett untuk Investor Saham Agar Tetap Cuan

Sementara kondisi domestik, di September lalu BI juga menurunkan suku bunga acuan. Samuel mengatakan BI cukup yakin untuk melakukan penurunan suku bunga karena memang The Fed sudah mengeluarkan sinyal yang lebih tajam sejak satu - dua bulan sebelumnya, terutama pernyataan-pernyataan terkait melemahnya sektor tenaga kerja. Sebelumnya, hal ini jarang dibicarakan dalam rapat FOMC.

Faktor lain adalah Rupiah yang mulai stabil, dan inflasi yang terus melandai membuat fokus kebijakan BI sedikit-sedikit mulai beralih dari pro-stability menjadi lebih seimbang antara stabilitas dan pertumbuhan. Jadi memang kebijakan-kebijakan ke depan berpotensi dapat menjadi lebih pro-growth.

Samuel perkirakan di kuartal keempat ini BI masih akan kembali menurunkan suku bunga, sebagai antisipasi menopang pertumbuhan di tengah risiko perlambatan ekonomi global dan domestik seperti yang terlihat dari kecenderungan deflasi akhir-akhir ini. Proyeksi Manulife, sampai akhir 2024 ini BI Rate akan berada di kisaran 5,5% - 5,75%.

Di tengah era suku bunga yang lebih rendah saat ini dan masih akan berlangsung panjang, Samuel mengatakan kondisi ini bisa menjadi peluang bagi investor jangka panjang untuk berinvestasi di saham.  Secara historis pasar saham Indonesia konsisten mencatat kinerja positif dalam periode pemangkasan suku bunga. Dari sisi valuasi pun, per akhir September ini pasar saham kita terlihat atraktif (PE IHSG 13,7 kali dibandingkan rata-rata 15 kali). Kondisi ini merupakan titik masuk menarik bagi investor.

Walaupun di akhir bulan kemarin pasar saham domestik didera arus keluar investor asing, sebenarnya di 2023 dan tahun berjalan 2024 minat investor asing terhadap pasar Indonesia menunjukkan perbaikan signifikan. Memang tidak dapat diabaikan, secara jangka pendek arus dana asing dapat bergerak fluktuatif dipengaruhi oleh faktor yang tentunya harus kita cermati, seperti pemilu Amerika Serikat, tensi geopolitik, risiko moderasi ekonomi domestik, serta fokus kebijakan pemerintah baru. 

Samuel memilih sektor-sektor dengan pertimbangan peluang jangka menengah panjang, sehingga tidak mengekspektasikan adanya perubahan yang terlalu signifikan dalam hitungan jangka pendek. Untuk saham, tentunya memang ada pilihan-plihan taktis untuk menangkap peluang jangka pendek.

Secara umum, sektor pilihan Manulife saat ini adalah:

Finansial

Emiten perbankan diperkirakan akan membukukan kinerja pertumbuhan laba yang lebih baik tahun depan seiring dengan tren suku bunga yang lebih rendah dan kondisi likuiditas yang lebih baik. Tekanan jual jangka pendek dari investor asing memberi peluang akumulasi untuk investor jangka panjang.

Telekomunikasi

Keputusan beberapa operator untuk menaikkan harga paket data mengurangi kekhawatiran akan eskalasi kompetisi di industri telekomunikasi. Pemulihan bertahap di daya beli masyarakat juga akan mendukung kinerja laba emiten tahun depan.

Consumer staples

Valuasi emiten konsumer secara umum berada di level yang menarik, jika dibandingkan dengan kinerja finansial emiten yang cukup baik tahun ini. Daya beli konsumen diperkirakan akan terus berangsur membaik tahun depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Danielisa Putriadita