Rekor 3 indeks dunia semangati bursa Asia pagi ini



TOKYO. Bursa Asia menanjak pagi ini (8/5). Bahan bakarnya adalah rekor baru Wall Street semalam dan pesanan industri Jerman yang menguat tanpa diduga. Namun investor masih menunggu rilis data pertama bulan April dari China. Indeks Jepang menjadi penampil terbaik di bursa Asia, Indeks Nikkei 225 bersiap menguji level terbaiknya dalam lima tahun. Pagi ini, Nikkei dibuka naik 0,1% setelah kemarin melompat 3,6% ke atas 14.000. Ini pertama kalinya Nikkei kembali ke atas 14.000 sejak Juni 2008."Investor asing tidak berhenti membeli saham-saham Jepang. Tren ini tampaknya stabil karena tak hanya hedge fund, tapi juga dana pensiun dan fund global yang besar membeli dengan strategi beli-dan-tahan. Saya tak bisa berkata bahwa tren ini baru dimulai, tapi saya percaya ini akan berlanjut untuk sementara waktu," kata Kenichi Hirano, Operating Officer Tachibana Securities.Adapun indeks MSCI Asia Pasifik di luar Jepang juga naik 0,2%. Indeks Australia menanjak 0,2% dan indeks Kospi Korea Selatan dibuka naik 0,4%.Kemarin, tiga indeks dunia melejit ke rekor baru. Indeks S&P 500 menembus rekor selama empat hari penuh. Indeks Dow Jones mengukir rekor di atas 15.000 untuk pertama kalinya. Indeks Jerman DAX juga menembus rekor tertinggi sepanjang masa.Investor sekarang melihat return saham lebih baik ketimbang obligasi. Pasalnya, harga obligasi belakangan terpukul oleh pemangkasan bunga oleh bank-bank sentral. Yang terakhir adalah bank sentral Australia yang kemarin memotong bunga ke rekor terendahnya di 2,75%.Namun, ada kemungkinan optimisme bursa saham bisa terpengaruh kabar dari China. Hari ini, China akan melaporkan data perdagangan April. Kemudian besok dilanjutkan dengan data inflasi, diikuti data suplai uang dan pertumbuhan kredit pada Jumat."Neraca dagang China...biasanya turun sesuai dengan ekspektasi. Tapi defisit yang mengejutkan bulan lalu tidak cocok dengan itu. Lagipula, data PMI China menurut sedikit. Ini akan menjadi perhatian negara-negara yang bergantung pada China. Saya sendiri percaya bahwa data perdagangan kemungkinan tak bisa sesuai harapan dan bibit-bibit keraguan akan tumbuh lagi," kata Neal Gilbert, Market Strategist GFT dalam laporan riset kepada para kliennya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: