Rekor baru Bitcoin Rp 876 juta dan Ethereum Rp 27,38 juta (14/3), simak peluangnya



KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Mata uang kripto (cryptocurrency) terus mencatatkan rekor barunya. Setelag mencatatkan rekor baru pada akhir pekan lalu, Minggu, (14/03)  Bitcoin dan Ethereum, dua aset kripto yang populer dalam transaksi komoditas ini kembali mencatatkan rekor barunya.

Harga Bitcoin dan Ethereum mencapai masing-masing US$ 61.321 dan US$ 1.914,7 per koin pada pukul 10.29 WIB. Ini artinya, dalam rupiah, Bitcoin diperdagangkan senilai Rp 876,9 juta per koin dengan kurs per dollar AS sebesar Rp 14.300. Dengan kurs yang sama, Ethereum diperdagangkan di kisaran Rp 27,38 juta. 

Dalam transaksi harian atau selama 24 jam, Bitcoin naik 8,38% sementara Ethereum turun 9 %.  Selama sepekan, kedua komoditas uang itu naik masing-masing 24,18% dan 14,99%


Chief Executive Officer (CEO) Indodax Oscar Darmawan, Minggu 14/3, kepada KONTAN mengatakan, kenaikan harga Bitcoin karena meningkatnya permintaan. Salah satunya karena perekonomian Amerika Serikat. 

Baca Juga: Tembus rekor baru, bitcoin ke atas US$ 61.000

Kata Oscar, pemerintah Amerika Serikat melakukan pencetakan uang tambahan sebagai langkah atau stimulus perekonomian untuk menghadapi Pandemi.   Hal itu berdampak kepada penurunan mata uang, dan beberapa instrumen investasi. “Efek kebijakan itu juga berdampak terhadap perekonomian seluruh dunia dan orang-orang memilih Bitcoin untuk mengamankan aset mereka,” ujar Oscar. 

Menurutnya, investor tetap ingin mengamankan asetnya dengan investasi. Dengan kondisi itu, orang beralih ke Bitcoin. “Bitcoin tidak terpengaruh langsung dengan kebijakan pemerintah. Bitcoin mengadopsi teknologi blockchain yang bersifat tidak terpusat,” lanjut Oscar.

Alhasil, potensi terjadinya taper tantrum AS tidak akan berpengaruh langsung terhadap harga kripto.  “Yang akan menjadi pengaruh nantinya adalah daya beli masyarakat. Bisa saja permintaan terhadap kripto meningkat karena investor mengamankan duitnya ke Bitcoin, yang semulanya mereka berinvestasi di obligasi atau surat utang dan lain-lain,” prediksinya. 

Selain Bitcoin, Ethereum juga mengalami lonjakan permintaan. Menurutnya, pergerakan harga Ethereum hampir mirip dengan Bitcoin, biasanya. Salah satu sentimen penggeraknya adalah soal upgrade Ethereum EIP-1559 yang sudah dikonfirmasi terjadi pada Juli atau Agustus 2021 nanti. 

“Upgrade tersebut juga akan mengurangi supply atau pasokan Ethereum. Jadi, mungkin saja nantinya harganya akan semakin mahal,” ujarnya memprediksi.  Bitcoin adalah aset yang memiliki pasokan terbatas. Maksimal pasokannya, kata Oscar,  hanya 21,5 juta saja. Saat ini, pasokan yang beredar atau sudah bisa ditambang sekitar 18,5 juta. 

Berbeda dengan Ethereum, Ethereum memiliki jumlah pasokan yang tidak terbatas. Menurut catatan coinmarketcap.com, saat ini, peredarannya sekitar 115 juta.

Baca Juga: Ini daftar negara dengan pajak terendah dan tertinggi atas tranksasi uang kripto

Kata dia, sebagai komoditas, Bitcoin dan Ethereum bisa ditransaksikan dengan pecahan desimal 0,00000000001,  bahkan bisa dibeli dengan Rp 10 ribu saja. Dengan begitu, “Bitcoin dan Ethereum bisa dimiliki oleh siapa saja,” ujarnya. 

Bitcoin, kata Oscar, memiliki prospek jangka panjang yang diyakini harganya akan meningkat. Bitcoin dinilai mampu menjadi nilai lindung  (hedge) terhadap inflasi.  “Jadi orang-orang masih akan terus membeli Bitcoin dan harganya diyakini akan terus meningkat, bahkan hingga jangka panjang,” ujarnya. 

Menurut Oscaer, Ethereum sedikit berbeda. Pasokannya tidak terbatas. Namun, di masa depan, Ethereum akan mengurangi maksimal pasokannya karena pengurangan terus dilakukan. 

Saat ini, Ethereum terus melakukan pembenahan seperti Upgrade EIP-1559, evolusi Ethereum 2.0 yang sedang berjalan. Banyak Ethereum di burn atau di locked sehingga supply nya di masa depan akan berkurang. 

"Jika pengurangan supply terjadi, dan permintaan terus bertambah, maka harga akan meningkat. Jadi, kemungkinan besar, Ethereum juga akan mengalami permintaan harga, seperti Bitcoin dan aset kripto lain," ujarnya memprediksi. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Titis Nurdiana