Rekor baru pemilihan awal Pemilu AS lebih dari 80 juta orang



KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Pemilihan umum awal Presiden Amerika Serikat 2020 ini memecahkan rekor.  Lebih dari 80 juta orang negeri Paman Sam telah memberikan suara dalam pemilihan presiden AS.

Mengutip Reuters, Jumat (30/10), menurut penghitungan dari Proyek Pemilu AS di Universitas Florida menetapkan jumlah pemilih ini tertinggi dalam lebih dari satu abad. Hal ini mencerminkan minat yang kuat masyarakat AS dalam pemungutan suara untuk memilih calon presiden Donald Trump, seorang Republikan, melawan calon Demokrat Joe Biden, mantan wakil presiden.

Di pemilu 2016 lalu, jumlah pemilih hanya 47 juta suara yang memenangkan Trump kala itu. Para pemilih AS telah memberikan lebih banyak suara awal selama kampanye kepresidenan ini daripada yang mereka lakukan di sepanjang tahun 2016.


Para ahli memperkirakan jumlah pemilih akan dengan mudah melampaui 138 juta orang. “Kami memprediksi rekor partisipasi pemilih AS sekitar 150 juta, mewakili 65 persen dari mereka yang berhak memilih. Ini meruapak tingkat tertinggi sejak 1908,” ujar Michael McDonald, Profesor University of Florida yang mengelola US Election Project.

Dari 20 negara bagian dua partai AS sudah melaporkan data pendaftaran. Partai Demokrat mencatat ada 18,2 juta pendukung terdaftar telah memberikan suara, dibandingkan dengan 11,5 juta pendukung Republik. Lalu ada 8,8 juta pendaftar tanpa afiliasi partai. Meski data tidak menunjukkan untuk siapa suara diberikan.

Sejumlah besar orang telah memberikan suara melalui surat atau di tempat pemungutan suara langsung awal di tengah kekhawatiran virus korona dapat menyebar di tempat-tempat pemungutan suara hari pemilihan.

Pemilu di AS memang memberikan kesempatan pada warga melakukan pemilihan dini mulai 18 September lalu. Hingga nanti, hari pemungutan suara pemilu baru dilakukan pada Selasa (2/10) waktu setempat. Trump membuntuti Biden dalam jajak pendapat nasional. Sebagian besar pemilih mengatakan mereka tidak setuju dengan penanganan covid-19 oleh pemerintahan Trump, yang telah menewaskan lebih dari 227.000 orang di Amerika Serikat dengan jumlah kasus yang kembali memecahkan rekor harian. Biden juga terlihat lebih disukai para pemilh dari dua kali debat terakhir yang diselenggarakan.Namun jajak pendapat yang masih memenangkan Trump tak bisa dijadikan patokan kalau presiden petahanan itu bisa kalah.

Berkaca dari pemilu AS 2016 silam, Trump juga kalah dari calon presiden saat itu dari partai Demokrat Hillary Clinton saat jajak pendapat. Namun akhirnya harus kalah dan Trump bisa menjadi Presiden AS.

Editor: Lamgiat Siringoringo