Rekor produksi minyak AS pecah, harga makin tertekan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak mentah turun dalam tiga hari berturut-turut. Kamis (1/3) pukul 7.25 WIB, harga minyak west texas intermediate (WTI) untuk pengiriman April 2018 di New York Mercantile Exchange turun tipis ke US$ 61,59 per barel ketimbang penutupan kemarin pada US$ 61,64 per barel.

Dalam tiga hari terakhir, harga minyak tergelincir 3,63%. Sejalan harga minyak brent untuk pengiriman Mei 2018 di ICE Futures turun 3,80% sejak hari Senin pekan ini. Kemarin, harga minyak brent berada di level US$ 64,73 per barel.

Setelah cukup mendapatkan tekanan dari testimoni pertama Gubernur Federal Reserve Jerome Powell, harga minyak mentah kembali terdesak. Minyak semakin tertekan setelah dirilisnya kenaikan persediaan minyak mentah Amerika Serikat (AS).


Energy Information Administration (EIA) melaporkan, persediaan minyak mentah AS naik menjadi 3 juta barel hingga akhir pekan lalu. Angka itu jauh lebih tinggi dari prediksi analis yang memperkirakan pertimbuhan persediaan hanya akan mencapai level 2,1 juta barel saja.

Tak hanya persediaan EIA juga merevisi produksi minyak mentah pada bulan bulan November yang mencapai rekor 10,06 juta barel per hari. Angka ini lebih tinggi dari angka yang dirilis sebelumnya. 

Capaian ini bahkan memecahkan rekor di produksi pada periode yang sama di tahun 1970 yang hanya mencatatkan produksi 10,04 juta barel. Pada bulan Desember, produksi minyak AS turun ke 9,95 juta barel per hari. Penurunan ini terutama disebabkan oleh produksi di Teluk Meksiko yang turun 131.000 barel per hari.

"AS akan melewati ambang batas 11 juta barel per hari lebih cepat dari perkiraan," kata Phillip Streible, strategist pasar senior di RJO Futures di Chicago kepada Reuters.

Sebelumnya Fatih Birol, Direktur Eksekutif International Energy Agency yang berpusat di Paris memperkirakan, dalam waktu dekat produksi minyak AS akan segera menyalip Rusia sebagai produsen minyak mentah terbesar. Paling lambat hal itu akan tercapai di tahun 2019.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati