Rekor-rekor tertinggi baru harga saham



JAKARTA. Beberapa harga saham mencapai puncak harga tertinggi saat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencetak all time high di 5.214,98, Senin lalu (20/5). Beberapa saham yang mencetak harga tertinggi, Senin lalu (20/5), di antaranya, saham PT Adhi Karya Tbk (ADHI), PT Lippo Cikarang Tbk (LPCK), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), dan PT Charoen Pokphan Tbk (CPIN).

Beberapa harga saham yang telah mencetak rekor tertinggi tersebut, bahkan sudah melewati target para analis. CPIN, misalnya, menggapai harga tertinggi di Rp 5.350 per saham. Kemarin, harga CPIN stabil di harga itu. Padahal, target harga CPIN berdasarkan konsensus analis hanya sebesar Rp 4.673 per saham.

Begitu juga saham TLKM, konsesus harga analis sebesar Rp 12.057 per saham. Padahal, Senin lalu, harga TLKM mencapai level tertinggi di Rp 12.300. Kemarin, harga TLKM turun 0,41% ke Rp 12.250 per saham


Pun saham ADHI, kemarin, kembali mencetak rekor baru lagi, naik 3,10% ke Rp 3.350. Namun, harga tersebut masih di bawah target konsesus analis di Rp 3.578 per saham.

Fadli, analis Net Sekuritas mengatakan, kinerja emiten yang melebihi target para analis menyebabkan pergerakan harga saham juga meningkat tajam. "Lihat laporan keuangan pada kuartal II nanti, pasti diperbarui lagi target harganya," kata dia. Ia mencontohkan, harga saham CPIN memang 12,65% di atas konsensus analis. Namun, dia melihat, kinerja perusahaan pakan ternak ini memang masih bagus.

Artinya, para analis berpotensi menaikkan target harga saham CPIN. Menurut Fadli, kenaikan harga yang melebihi konsensus analis bukan berarti sudah mahal. "Asal laporan keuangan bagus, target harganya akan diperbarui," kata dia, Selasa (21/5).

Sebagai contoh, Fadli menunjukkan target konsensus analis pada IHSG di 4.900. Nyatanya, IHSG bisa menyentuh level tersebut dalam tiga bulan. Mau tidak mau analis harus menaikkan target baru IHSG.

Parningotan Julio, analis Batavia Prosperindo Sekuritas juga bilang, harga saham-saham yang sudah menembus harga tertinggi itu masih berpeluang naik lagi. Apalagi, tren IHSG masih bullish. "Saham-saham tersebut selama ini juga menjadi pendorong kenaikan IHSG," ujarnya.

Rawan koreksi

Secara teknikal, Kepala Riset Universal Broker Indonesia, Satrio Utomo mengatakan, saham yang mencetak all time high secara teknikal masih mengalami tren naik. Meski menunjukkan potensi koreksi, tapi saham TLKM, ADHI, CPIN dan JPFA masih di atas level support.

Dia juga melihat adanya pembalikan arah yang bisa menyebabkan koreksi. "Pembalikan arah akan terjadi jika support sudah ditembus," ujar dia. Ambil cnontoh, saham TLKM berpotensi terkoreksi lagi jika harga sudah menembus support di Rp 11.600-Rp 12.200 per saham. Kemarin, harga saham TLKM masih di Rp 12.250 per saham.

Menurut Satrio, tak hanya kinerja emiten saja yang mempengaruhi pergerakan harga saham emiten. Ia bilang, faktor makro juga akan memberi sentimen ke pergerakan harga saham. Misalnya saja, soal rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Bila jadi, saham-saham perbankan tentu akan terimbas. Tak hanya itu, saham sektor konsumer dan otomotif bisa mendapat sentimen negatif. "Orang-orang akan menunda membeli kendaraan bermotor," ujar dia.

Tapi, Satrio yakin, IHSG masih akan naik. Jika dalam waktu dekat IHSG bisa menembus level 5.250, maka IHSG bisa menuju ke level 5.500-5.600. Dus, harga-harga saham emiten pun berpeluang naik tinggi lagi. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Avanty Nurdiana