KONTAN.CO.ID - Saya adalah contoh pekerja yang memulai karier dari bawah hingga menjadi Presiden Direktur di PT Permodalan Nasional Madani (PNM) (Persero). Saya masuk PNM tahun 1999, tak lama setelah PNM berdiri. Saya jadi account officer, itu karyawan rendah yang mendapatkan limpahan pekerjaan dari banyak atasan. Pekerjaan itulah yang membuat saya bisa belajar lebih cepat, sehingga saya dapat banyak bonus pengetahuan tentang PNM.
Saya menerima semua tugas, mulai dari tugas direktorat kepatuhan, perencanaan dan pengembangan usaha. Sehingga saya paham semuanya. Perlahan saya mendapat promosi jadi kepala seksi, kepala bagian, hingga pada 2017 diangkat menjadi direktur, dan tahun 2018 menjadi presiden direktur. Sekarang saya sudah 19 tahun di PNM dan masih betah, karena ada budaya kekeluargaan dan egaliter yang dikembangkan di PNM. Yang utama adalah, PNM punya pekerjaan menyalurkan pembiayaan kepada masyarakat yang tidak terjangkau oleh perbankan. Jadi, kami tidak membidik masyarakat yang bisa ke bank, karena PNM hadir untuk demokrasi ekonomi, ekonomi kerakyatan, berikut dengan pengembangannya. Itulah yang saya lakukan di PNM dan berusaha menjaganya. Tujuan PNM adalah mengembangkan semangat berwirausaha dan mengurangi kesenjangan serta disparitas ekonomi. Maka itu, saya mendorong nasabah melakukan korporatisasi usaha bersama, mendorong terbentuknya Badan Usaha Desa (Bumdes) dan koperasi. Saat ini, PNM punya dua program pembiayaan.
Pertama, Unit Layanan Modal Mikro (Ulam) yang memiliki outstanding Rp 5,6 triliun dengan akumulasi penyaluran Rp 21,6 triliun. Total nasabah aktif mencapai 67.413 dari akumulasi 296.528 nasabah. Di program ini, usaha yang kami biayai minimal usaha yang sudah jalan 2 tahun dengan pinjaman Rp 5 juta–500 juta. Program kami yang
kedua adalah PNM Mekaar dengan total nasabah 3,7 juta tersebar di 3.515 kecamatan. Program Nasabah Mekaar adalah perempuan dari keluarga prasejahtera dengan pinjaman mikro Rp 2 juta dengan sistem tanggung renteng dalam satu kelompok. Saya sekarang fokus di program Mekaar. Jika tahun 2016 jumlah nasabahnya 410.000 orang, tahun 2017 naik menjadi 2 juta nasabah. Tahun ini saya target 4 juta nasabah, dan sudah terealisasi 3,7 juta nasabah. Pencapaian kinerja ini saya lakukan dengan menularkan etos kerja ikhlas ke karyawan. Pengalaman saya, dari karyawan rendah sampi posisi sekarang, jadi contoh. Hasilnya, karyawan bekerja dengan semangat dan berusaha meningkatkan loyalitas nasabah. PNM berbeda dengan lembaga pembiayaan lain yang tidak punya beban untuk memberdayakan masyarakat. Kami punya peranan untuk menciptakan kewirausahaan, menciptakan nasabah yang bangkit dari keterpurukan di bidang ekonomi. Sekarang, sudah ada 3,7 juta nasabah Mekaar tersebut. Mereka menjadi potensi pasar besar bagi kami. Apalagi, nasabah PNM adalah prasejahtera yang sedang beranjak menjadi masyarakat lebih sejahtera. Jika nasabah Mekaar capai target atau sudah sejahtera, maka saya mempersiapkan program baru untuk mereka. Namun, fokus bisnis kami tetap. Kami tidak akan mengambil nasabah yang sudah digarap oleh industri perbankan. Rekrut anak nasabah Untuk mencari nasabah Mekaar dan Ulam, kami menambah jumlah kantor. Kami menargetkan bisa memiliki 1.850 kantor, dari saat ini sebanyak 1.770 kantor. Yang bekerja di kantor kami sebagian besar adalah anak-anak dari keluarga prasejahtera yang selama ini kami bina. Kami mencari anak nasabah dan menawarkan kepada mereka untuk menjadi karyawan PNM di kantor-kantor kami tersebut. Saat ini, sudah kami rekrut 20.000 karyawan dengan usia milenial yakni 19–23 tahun. Dengan pola perekrutan ini, ada kebanggaan bagi nasabah kami, karena anaknya bekerja di Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Pola ini juga efektif membuat nasabah semakin loyal kepada PNM. Saya meyakini tidak ada hasil yang membohongi proses. Dan saya membuktikan bahwa karyawan rendah bisa jadi presiden direktur. Hal ini selalu saya sampaikan ke karyawan. Bisa jadi, anak nasabah itu kelak bisa menjadi pemimpin PNM. Saya menekankan kepada karyawan, agar terus belajar dan memberikan manfaat bagi ke orang lain, tanpa perlu dapat medali. Sebab menanam hal baik akan menghasilkan kebaikan, dan itu otomatis, kok. Untuk pengembangan bisnis, saya sedang mempersiapkan proyek digital. Kami sadar saat ini semua mengarah ke digital, dan kami menyesuaikan program dengan konteks kekinian. Saat ini, kami mempersiapkan 3,7 juta nasabah Mekaar bisa mengakses usaha lain yang nanti dikembangkan PNM. Usaha itu bisa berbentuk warung digital atau Warung Smart. Nah, Warung Smart ini bisa menyediakan akses wifi dari Telkom yang berbayar, juga bisa untuk menjual pulsa, melayani jasa aneka pembayaran, dan menjual produk sembako yang diproduksi oleh BUMN dan swasta. Saat ini, kami memiliki pilot project di Karawang Jawa Barat dan Purwokerto Jawa Tengah. Kalau tidak ada aral melintang program ini dan akan kami buka Desember 2018. Nanti Warung Smart bisa jadi Laku Pandai juga yang membantu layanan produk-produk perbankan. Bayangkan jika 4 juta nasabah kami ikut Laku Pandai. Kami punya 4 juta nasabah dari kalangan prasejahtera. Ini captive market kami yang berbeda dari lainnya. Untuk internal, kami menyadari dampak negatif dari era digital. Makanya kami punya regulasi internal yang mengatur etika bermedia sosial. Kami mengajak karyawan berinternet sehat dan melarang mereka menjelek-jelekan orang lain, menyebar hoaks dan lainnya. PNM juga menerapkan disiplin di internal. Ada layar monitor khusus yang akan memajang foto karyawan datang paling cepat dan karyawan paling terlambat.
Namun demikian, saya berusaha membuat karyawan memiliki sense belonging dengan berusaha menjadikan kantor rumah kedua mereka. Bahkan saya meminta karyawan mengajak keluarga ke kantor untuk berinteraksi. Ini membuat siapa saja merasa memiliki kantor. Saya juga menekankan betul, di PNM ini tidak ada yang paling pintar, dan tidak ada yang paling bodoh. Semuanya punya peran masing-masing. ◆ Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Mesti Sinaga