JAKARTA. Prospek pasar modal tahun depan diperkirakan lebih cerah. Inilah yang mendorong manajer investasi getol menyiapkan produk baru. Bahkan, sebagian sudah mencuri start dengan meluncurkan reksadana anyar di pengujung tahun ini. Lihat saja, PT Pratama Capital Assets Management, meluncurkan dua reksadana sekaligus, yakni Pratama Syariah dan Pratama Syariah Imbang pada Rabu (10/12). Pratama Syariah adalah reksadana saham yang berinvestasi pada saham-saham dalam daftar efek syariah. Iwan Margana, Presiden Direktur Pratama Capital Assets Management, mengatakan, produk ini membidik investor yang mencari pertumbuhan investasi maksimal di jangka menengah dan panjang, tapi tetap menerapkan prinsip syariah. Kebijakan investasi produk ini, mengalokasikan minimal 80% aset pada saham syariah di berbagai kondisi pasar. Sisanya, pada pasar uang syariah, seperti deposito syariah dan sukuk syariah bertenor di bawah 1 tahun.
Sementara, Pratama Syariah Imbang merupakan jenis campuran yang berinvestasi si efek saham syariah, obligasi syariah, dan pasar uang syariah. Produk ini menyasar investor yang menginginkan potensi pertumbuhan optimal dalam jangka menengah. Di kedua produk tersebut, pemilihan aset saham fokus pada 30 saham yang termasuk daftar efek syariah dan memiliki potensi pertumbuhan tinggi di jangka menengah atau panjang, valuasi rendah, keunggulan kompetitif serta kualitas bisnis sehat. Adapun, pemilihan obligasi syariah dan pasar uang syariah, memperhatikan tingkat likuiditas dan imbal hasil. "Tujuannya mengurangi volatilitas pada portofolio saham," jelasnya. Setahun pertama, Pratama Syariah mengincar dana kelolaan Rp 500 miliar, sementata Pratama Syariah Imbang senilai Rp 250 miliar. Merotasi sektor Pemain lain yang bersiap meluncurkan produk anyar yaitu CIMB Principal Asset Management, yang akan menawarkan reksadana saham CIMB Principal SMART Equity Fund mulai 18 Desember mendatang. Perusahaan telah mengantongi persetujuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) 18 November lalu. Presiden Direktur CIMB Principal Asset Management Fajar R Hidajat bilang, reksadana ini mengusung strategi merotasi sektor saham yang alokasinya disesuaikan antara sektor siklikal dan defensif sesuai perubahan siklus pasar. Sektor siklikal adalah sektor yang berkorelasi dan bergerak searah siklus ekonomi. Misalnya, otomotif, keuangan, komoditas, logam, properti, dan semen. "Performa sektor ini cenderung lebih tinggi dibanding sektor defensif ketika ekonomi sedang ekspansi," kata Fajar, Kamis (11/12). Sedangkan, sektor defensif tidak berkorelasi dengan siklus ekonomi, seperti consumer, staples, ritel, utilitas, telekomunikasi, dan jalan tol. Ketika perekonomian menurun, sektor ini lebih stabil.