Reksadana berbasis komoditas melempem



JAKARTA. Rontoknya harga komoditas pada tahun ini berimbas pada kinerja reksadana saham berbasis komoditas. Menilik data PT Infovesta Utama, beberapa reksadana saham dengan aset dasar (underlying asset) komoditas melempem pada paruh pertama lalu.

Ambil contoh, produk reksadana saham milik Batavia Prosperindo bernama Batavia Dana Saham Agro. Hingga akhir Juni 2012, kinerja reksadana ini anjlok 9,84%. Selain itu, kinerja reksadana Danareksa Mawar Komoditas 10 milik PT Danareksa Investment Management juga tergerus hingga 7,37% pada periode yang sama.

Zulfa Hendri, Direktur Danareksa Investment Management, mengatakan, produk reksadana itu memiliki aset dasar di saham sektor perkebunan dan energi. Lantaran harga komoditas turun cukup dalam sepanjang semester-I, kinerja reksadana berbasis komoditas milik Danareksa pun ikut melorot.


"Pada paruh kedua ini kami akan kurangi reksadana dengan aset dasar saham komoditas, terutama di sektor energi," ujar Zulfa tanpa menyebut besaran porsi saham yang akan dikurangi.

Edbert Suryajaya, analis riset Infovesta Utama, menuturkan, hingga enam bulan pertama di 2012, indeks saham di sektor perkebunan naik 8,62%. Sementara, indeks pertambangan anjlok hingga 22,12%. Sedang, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bertumbuh sekitar 4,68%.

“Maka, tidak heran reksadana yang memperbesar alokasi pada saham pertambangan pasti mengalami penurunan yang cukup signifikan,” ungkapnya.

Zulfa menuturkan, dalam jangka pendek, ekonomi global masih sulit untuk pulih. Namun, ia optimistis dalam jangka panjang akan terjadi perbaikan. “Ini akan membuat harga komoditas bisa terangkat kembali,” kata dia.

Sementara, kinerja reksadana Mandiri Komoditas Syariah Plus (MKSP) milik PT Mandiri Manajemen Investasi hingga 25 Juli 2012 juga minus 6,08 %. Angka ini masih di bawah kinerja Jakarta Islamic Index (JII) yang sekitar 2,09%. Penurunan kinerja terjadi lantaran reksadana itu hanya dialokasikan pada sektor pertambangan dan perkebunan yang termasuk dalam daftar efek syariah.

Andreas Gunawidjaja, Direktur Mandiri Manajemen Investasi, menuturkan, harga batubara dan CPO yang melemah membuat kinerja produk reksadana berbasis komoditas milik Mandiri itu tidak menggembirakan.

Namun, Andreas memprediksi, harga batubara bisa kembali menguat dan harga crude palm oil (CPO) bisa kembali ke level RM 3.200 per ton hingga akhir tahun. Kemarin, harga CPO masih di level RM 2.481 per ton.

Namun, Edbert melihat sektor komoditas masih sulit bangkit. Investor yang ingin berinvestasi pada reksadana berbasis komoditas layaknya mencermati outlook komoditas agar tidak merugi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini