Reksadana berbasis saham tertekan, ada peluang average down



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nasib kelas aset saham tengah terpukul dan membukukan kinerja yang kurang memuaskan dalam beberapa waktu terakhir.  Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama sepekan lalu turun 2,53% ke level 6.196 dan sempat berada di zona merah selama empat hari berturut-turut. Penurunan kapitalisasi pasar juga terjadi selama sepekan lalu mencapai 2,24% atau turun ke level Rp 7.310.

Infovesta Utama dalam laporan mingguannya yang dikeluarkan Senin (29/3) menuliskan, kekhawatiran gelombang ketiga virus Covid-19 telah menyebabkan beberapa negara seperti Prancis, Jerman, dan Belanda kembali menerapkan lockdown. Selain itu World Health Organization (WHO) juga menyatakan bahwa terdapat peningkatan jumlah kasus positif Covid-19 pada sebagian besar wilayah dunia dan mengungkap peningkatan kasus kematian akibat Covid-19 untuk pertama kalinya dalam enam minggu.

Indonesia meskipun termasuk ke dalam daftar negara yang memiliki dosis vaksin Covid-19 terbanyak, tapi tingkat penyuntikan vaksin Indonesia masih tertinggal jauh. Apalagi jika dibandingkan dengan Amerika Serikat (AS) dan India, proses vaksinasi jauh lebih lambat sehingga memberikan sentimen negatif bagi perekonomian Indonesia.


“Kekhawatiran inilah yang membuat para investor global bertanya-tanya akan terhambatnya proses pemulihan ekonomi sehingga cenderung menghindari investasi di instrumen investasi berisiko seperti saham,” tulis Infovesta Utama dalam laporan.

Baca Juga: Reksadana pendapatan tetap jadi reksadana berkinerja paling moncer di pekan lalu

Selanjutnya, kinerja reksadana berbasis saham juga tidak luput dari tekanan global. Infovesta 90 Equity Fund Indeks dan Infovesta 90 Balanced Fund Indeks masing-masing mencatatkan kinerja negatif sebesar -1,82% dan -0,82%.

Kendati demikian, Infovesta Utama menyebut masih terdapat sentimen yang bisa mendorong kinerja pasar saham selama sepekan ke depan. Pertama, yakni pernyataan presiden Joe Biden akan target baru distribusi vaksin Covid-19 menjadi 200 juta suntikan dari saat ini telah mencapai 100 juta suntikan. Investor juga menantikan rilis data perekonomian, seperti data manufaktur serta inflasi pada hari Kamis (1/4).

“Dalam waktu dekat, masih terdapat potensi koreksi kinerja pasar saham karena peningkatan kasus Covid-19 di dunia masih menjadi perhatian utama investor. Dengan demikian, investor dapat menjadikan koreksi jangka pendek ini sebagai kesempatan untuk melakukan average down,” tutup Infovesta Utama.

Average down adalah strategi beli cicil ketika harga turun dari investasi sebelumnya. Sehingga rata-rata total harga per unit penyertaan reksadana yang dimiliki bisa lebih rendah.

Baca Juga: Penyebab kinerja pasar keuangan di kuartal II-2021 berpotensi membaik

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati