Reksadana campuran jadi alternatif investasi



JAKARTA. Pasar saham yang rentan terkoreksi di bulan ini berpotensi menggerus imbal hasil reksadana saham. Itu sebabnya, reksadana campuran bisa menjadi alternatif investasi yang bisa dilirik para investor.

Analis Infovesta Utama, Vilia Wati memperkirakan, imbal hasil reksadana saham bisa tergerus dalam jangka pendek. Minimnya sentimen positif dari domestik menyebabkan rawan terjadi profit taking di pasar saham.

Di sisi lain, kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga 6 Mei 2013 telah naik cukup tinggi hingga mencapai 15,64%. Pencapaian tersebut cukup tinggi dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Sehingga, penguatan di kuartal ini diperkirakan cenderung terbatas.


Sementara, sifat reksadana campuran memiliki fluktuasi yang lebih rendah dibandingkan reksadana saham. Alokasi portofolio yang bisa diputar di efek saham, obligasi, dan pasar uang membuat instrumen investasi ini relatif lebih fleksibel terhadap kondisi pasar.

Vilia memproyeksikan, reksadana campuran berpotensi memberikan imbal hasil sekitar 9% hingga 12% hingga akhir tahun ini. Sedangkan, untuk reksadana saham mencapai 11% hingga 15%.

Namun, reksadana campuran akan terganjal oleh proyeksi efek obligasi di tahun ini yang kurang menarik. Sebab, harga surat utang negara (SUN) saat ini terbilang sudah mahal. Ditambah lagi, kinerja indeks obligasi pemerintah dan obligasi korporasi yang terbilang minim.  

Berdasarkan data Infovesta,  dari awal tahun, indeks rata-rata return obligasi pemerintah dan obligasi korporasi masing-masing sebesar 0,35% dan 2,47%. Hal ini diperparah dengan penurunan outlook surat utang Indonesia oleh Standard and Poor's (S&P) pada pekan lalu.

Ramai produk anyar

Selain itu, ancaman penurunan peringkat dari Moody’s Investor Services juga menambah sentimen negatif bagi pasar obligasi domestik. "Ini bisa menyebabkan harga SUN tertekan akibat investor akan mengharapkan kenaikan yield," ujar Vilia.

Toh, itu tak membuat manajer investasi menunda penerbitan produk baru reksadana  campuran. PT Trimegah Asset Management (TRAM), misalnya, akan merilis produk baru reksadana campuran di bulan ini bertajuk Tram Alpha .    

Denny Thaher, Direktur Utama TRAM bilang, reksadana campuran justru menjadi instrumen yang cocok di tengah tingginya volatilitas pasar saham saat ini. Ia bilang, produk baru TRAM tersebut fleksible memutar efek saham hingga maksimal 79% dari net asset value (NAV). Instrumen ini juga bisa beralih menempatkan portofolio di obligasi maksimal 79% dan pasar uang maksimal 79% apabila pasar saham kurang baik.    

Dana kelolaan reksadana ini akan diputar di saham-saham berkapitalisasi menengah dan obligasi pemerintah. Diperkirakan return produk ini hingga 2013 sekitar 5%-17%.

Ivan Chamdani, Head of Research Trimegah Asset Management menambahkan, reksadana ini ditargetkan bisa meraih dana kelolaan Rp 300 miliar hingga akhir tahun ini.

Selain Trimegah sejumlah manajer investasi (MI) lain juga berencana menerbitkan reksadana campuran anyar. Sebut saja Eastpring Investment Indonesia. Direktur Utama PT Eastpring Investment Indonesia, Riki Frindos mengatakan, tahun ini Eastpring  bakal menerbitkan tiga reksadana anyar salah satunya reksadana ampuran.  Tak mau kalah, PT BNP Paribas Asset Management juga bakal merilis reksadana campuran di semester II.   

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini