Reksadana Campuran Panin Asset Melesat 51% Hingga Oktober 2022



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja reksadana campuran naik sepanjang tahun ini. Kinerja reksadana campuran yang tercermin dari Infovesta 90 Balanced Fund Index yang mengukur kinerja reksadana campuran naik 2,66% sejak awal tahun dan naik 0,70% secara bulanan pada Oktober. 

Sebagai informasi, Kinerja Panin Dana Bersama hingga Oktober 2022 melesat 51,65% sejak awal tahun dan naik 8,32% secara bulanan. Sementara Panin Dana Unggulan naik 13,36% sejak awal tahun dan menanjak 1,71% dalam sebulan.

Direktur Panin Asset Management Rudiyanto mengatakan, strategi penempatan dana pada reksadana campuran tergantung sesuai kebijakan untuk mendapatkan kinerja terbaik dalam mengelola reksadana campuran. 


Baca Juga: AUM Turun, Ini Deretan Manajer Investasi dengan Dana Kelolaan Terbesar

Rudiyanto mengatakan strategi Panin dalam mengelola reksadana campuran berdasarkan value investing. Penempatan saham berdasarkan value dan berdasarkan growth momentum

"Bersama Plus, Dana Unggulan, Dana Bersama lebih dari 50% di saham dan Dana Syariah Berimbang dan Dana Prioritas lebih dari 50% di obligasi," kata Rudiyanto kepada Kontan.co.id, Rabu (16/11). 

Sementara itu, jika melihat dari laporan portofolio Investasi Panin Dana Bersama per Oktober 2022, tercatat 10 besar penempatan dana terbesarnya di Deposito Deutsche Bank AG, Obligasi Negara FR0079, ADRO, ADMF, BDMN, PNBN, BUMI, PNLF, SMRA, dan EXCL

Baca Juga: Pamor Reksadana Sedang Redup, Dana Kelolaan Manajer Investasi Menguncup

Rudiyanto mengatakan pihaknya mengatur penempatan portofolio mengikuti kinerja saham dan obligasi. Sebab ada periode dimana market lebih cenderung ke news sehingga saham-saham value tertinggal. 

"Prospek reksadana campuran cukup baik, untuk target kinerja tidak ada target khusus, yang penting bisa di atas rata-rata," tutur dia. 

Sentimen positif yang dapat mempengaruhi reksadana campuran, menurut Rudiyanto berasal dari laporan keuangan emiten dan penurunan suku bunga sebagai antisipasi resesi. Sementara sentimen negatif berasal dari berita resesi yang terlalu mendominasi. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati