Reksadana Dolar Bergerak Positif, Ini Pendorongnya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar saham menjadi penggerak utama reksadana global berdenominasi dollar Amerika Serikat (AS). Membaiknya situasi ekonomi global berpengaruh positif bagi pendapatan emiten.

Research & Consulting Manager Infovesta Kapital Advisori Nicodimus Kristiantoro menjelaskan bahwa dari 59 produk reksadana dollar yang terdapat di Infovesta, sebanyak 51 reksadana dollar mencatat kinerja positif di sepanjang tahun ini alias secara year to date (YtD). Secara rinci, reksadana dollar terdiri dari 4 jenis yaitu reksadana dollar saham, reksadana dollar pendapatan tetap, reksadana dollar pasar uang dan reksadana dollar campuran.

Produk Batavia Technology Sharia Equity USD merupakan reksadana dollar yang mencatatkan penguatan tertinggi dari seluruh jenis reksadana dollar yakni sebesar 21,84% YtD. Kemudian disusul Bahana USD Global Sharia Equities dengan penguatan 18% YtD dan STAR Global Sharia Equity USD. Ketiga produk teratas tersebut merupakan reksadana dollar berbasis saham.


Sementara, reksadana Ashmore Dana USD Nusantara merupakan reksadana jenis pendapatan tetap paling tinggi dengan total return naik 4,47% YtD. Lalu, Bahana Liquid USD dengan pertumbuhan return tertinggi 0,82% YtD pada jenis reksadana pasar uang.

Baca Juga: Obligasi Negara, Penghasil Cuan Reksadana Pendapatan Tetap

Dari jenis reksadana dollar campuran, produk Majoris USD Balance Indonesia merupakan reksadana di kelas aset campuran yang naik paling tinggi sebesar 5,58% YtD. Mayoritas underlying asset Majoris USD Balance Indonesia ialah obligasi sebanyak 59,30%, kemudian pasar uang 25,57%, dan saham 15,13%.

Nico menyoroti reksadana kelolaan PT Batavia Prosperindo Aset Manajemen (BPAM) yaitu Batavia Technology Sharia Equity USD yang berhasil mencetak kinerja tertinggi diantara semua jenis reksadana berdenominasi dollar AS. Berdasarkan fund fact sheet per Maret 2023, produk reksadana dollar BPAM tersebut didominasi oleh saham sebesar 90.17% sementara 9.83% diisi oleh pasar uang.

Menurut Nico, Batavia Technology Sharia Equity USD yang merupakan reksadana offshore tersebut mencatat penguatan tertinggi karena didorong oleh konstituen yang diisi oleh saham-saham teknologi global khususnya di Amerika Serikat. Seperti diketahui, saham teknologi AS mencatat penguatan signifikan di sepanjang tahun 2023.

Penguatan saham teknologi tersebut tidak terlepas dari melonggarnya kebijakan suku bunga yang diterapkan oleh bank sentral AS (The Fed) karena inflasi yang perlahan menurun. Suku bunga tinggi merupakan sentimen negatif bagi pertumbuhan sektor teknologi.

“Reksadana offshore alias reksadana dollar berjenis syariah bisa menjadi pilihan diversifikasi portofolio yang menarik jika memang kondisi ekonomi global khususnya AS dan negara-negara besar sudah lebih stabil,” kata Nico saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (22/5).

Kendati demikian, Nico mewaspadai akan adanya sikap hawkish yang akan berlanjut dalam kenaikan suku bunga. Pasalnya, investor sedang dihadapkan pada risiko berupa gagal bayar utang AS dan pemulihan ekonomi China yang belum sesuai ekspektasi pasar.

Nico menjelaskan, stabilitas pasar global bisa meningkatkan kinerja konstituen dari portofolio reksadana tersebut sehingga investor reksadana offshore bisa mendapatkan manfaat yang optimal. Investor reksadana offshore tentunya juga harus memperhatikan konsep high risk dan high return karena isi portofolio dari reksadana offshore dominan dari efek luar negeri.

Baca Juga: Begini Strategi Batavia Prosperindo AM Kelola Aset Reksadana Campuran

Risiko reksadana dollar AS sendiri bisa mengalami penurunan kinerja ketika USD menguat. Karena itu, bagi yang tetap ingin berinvestasi pada reksadana dollar harus memproyeksikan secara jangka panjang dan ke depannya nilai tukar rupiah akan bergerak dalam tren menguat.

Sama dengan reksadana dollar berisi saham, reksadana dollar yang berbasis obligasi masih menarik dipantau. Dimana, prospek rupiah diperkirakan akan sanggup menguat dan kondisi pasar obligasi AS lebih bullish. Yield US Treasury sering menjadi acuan untuk pergerakan obligasi berdenominasi dollar AS.

Nico berujar, investor bisa mencermati sentimen dan isu sektoral dari saham-saham global dalam memilih reksadana offshore alias reksadana dollar berjenis syariah.

Misalnya, investor bisa mencermati momentum penguatan saham teknologi global, menyusul sudah berakhirnya laju kenaikan suku bunga yang pada tahun 2022 menjadi momok untuk saham teknologi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi