Reksadana dollar terimbas rupiah



JAKARTA. Imbal hasil alias return reksadana berbasis dollar AS berpotensi melorot pada tahun ini. Pelemahan nilai tukar rupiah bakal menghambat kinerja produk berbasis dollar AS.

Vice President Investment Quant Kapital Investama, Hans Kwee memperkirakan, pelemahan rupiah akan berlanjut pada semester I-2015, karena sentimen kenaikan suku bunga AS. Rupiah baru akan menguat memasuki paruh kedua. Itu sebabnya, reksadana berbasis dollar akan membagikan return kecil. "Produk reksadana dollar bisa dimanfaatkan investor sebagai hedging atau lindung nilai investasi dalam denominasi dollar AS," ujar Hans.

Analis Infovesta Utama Viliawati mengatakan, depresiasi rupiah bisa menyeret return reksadana dollar, sehingga tertinggal dibanding reksadana berdenominasi rupiah


Kendati demikian, pelemahan rupiah akan membawa keuntungan bagi investor yang mencairkan reksadana dollar AS. "Jika pelemahan rupiah berlanjut, investor yang mencairkan reksadana dollar dan mengkonversikan ke rupiah bisa mendapat keuntungan konversi," jelas Viliawati.

Namun, Desmon Silitonga, analis Millenium Danatama Asset Management optimistis, kinerja reksadana dollar masih menarik. Ia melihat peluang rupiah menguat pada tahun ini. Apabila pemerintah mampu menjalankan agenda ekonomi, kepercayaan investor akan membaik. "Sehingga tidak terjadi outflow dan rupiah menguat," papar Desmon.

Senior Fund Manager BNI Asset Management Hanif Mantiq sependapat, prospek reksadana dollar masih akan positif. Dua produk racikan BNI Asset Management, yaitu BNI AM Dana Lancar Likuid Dollar dan BNI AM Dana Mega Likuid Dollar diperkirakan bisa membagikan return 1,8% di tahun ini.

Positifnya imbal hasil akan ditopang perbaikan perekonomian. "Jika program berjalan, outlook Indonesia positif, market akan bullish dan rupiah bisa menguat ke kisaran Rp 11.800," papar Hanif.

Return masih positif

Meskipun rupiah melemah dalam beberapa bulan terakhir, mayoritas reksadana berbasis dollar masih mencetak return positif dalam setahun terakhir. Secara year to date per 7 Januari 2015, dari 56 dollar AS hanya 5 produk yang mencatat return minus.

Produk dengan imbal hasil tertinggi adalah Danareksa Melati Dollar dengan return  23,54%. Reksadana pendapatan tetap ini menempatkan 92,96% aset di obligasi pemerintah, sisanya di pasar uang.

Viliawati menilai, kinerja mayoritas reksadana dollar AS sepanjang 2014 ditopang kinerja aset dasar, terutama saham sektor keuangan.

Namun, pertumbuhan return kurang maksimal, karena pelemahan rupiah berefek negatif. "Terutama pada reksadana yang memiliki aset dasar dalam denominasi rupiah, karena akan tergerus akibat konversi nilai mata uang," ungkap Viliawati.      

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia