KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja reksadana pendapatan tetap diperkirakan masih rentan turun dalam jangka pendek. Soalnya, yield Surat Utang Negara (SUN) kembali masuk tren kenaikan pasca pertemuan Federal Open Market Committee pekan lalu. Mengutip Bloomberg, Jumat (22/6), yield SUN seri acuan 10 tahun telah menembus level 7,48%. Di sisi lain, yield US Treasury berada di level 2,91% pada hari yang sama. Head of Investment Avrist Asset Management Farash Farich mengatakan, kenaikan yield SUN berpotensi memperlambat kinerja reksadana pendapatan tetap, terutama yang aset portofolionya didominasi oleh SUN.
Reksadana pendapatan tetap kian tertekan setelah rupiah melemah dihadapan dollar Amerika Serikat (AS). Pelemahan rupiah menyebabkan investor asing melakukan penjualan obligasi di Indonesia, ujar dia, Jumat (22/6). Farash melanjutkan, rencana kenaikan suku bunga acuan BI dalam waktu dekat tidak menjadi masalah bagi kinerja reksadana pendapatan tetap. Ini dengan catatan, kenaikan tersebut terbukti mampu menstabilkan posisi kurs rupiah. Sedangkan di sisi lain, yield US Treasury tidak mengalami kenaikan lebih jauh. Sebaliknya, Direktur Panin Asset Management Rudiyanto menilai, kinerja reksadana pendapatan tetap berpotensi merosot jika BI kembali menaikan suku bunga acuannya dalam Rapat Dewan Gubernur pekan depan. Sebab, kenaikan tersebut dapat membuat harga obligasi terkoreksi. Terus terang, kenaikan suku bunga BI secara berkali-kali dalam waktu singkat agak di luar perkiraan, katanya, kemarin. Meski begitu, ia menilai, kenaikan BI 7 Days Repo Rate tetap penting jika melihat kebutuhan ekonomi makro. Selain itu, jika rupiah kembali normal pasca kenaikan tersebut, kinerja reksadana pendapatan tetap diharapkan bisa stabil. Strategi MI Kini, tinggal bagaimana cara manajer investasi melakukan upaya agar risiko penurunan kinerja reksadana pendapatan tetap dapat diminimalisir. Menurut Rudiyanto, pada dasarnya manajer investasi akan menyesuaikan kembali karakteristik produknya sebelum mengatur strategi guna menangkal pelemahan pasar.
Apabila jumlah investor yang berinvestasi pada suatu produk tergolong besar, manajer investasi dapat memperpendek durasi SUN supaya kinerja produk tetap terjaga. Koreksi di pasar obligasi biasanya membuat harga SUN jadi fluktuaktif. Makanya, SUN tenor pendek diambil karena harganya tidak turun terlalu dalam, ujarnya. Di sisi lain, jika jumlah investor yang berinvestasi minim dan memiliki karakteristik investasi dalam jangka panjang, manajer investasi dapat memperbanyak porsi obligasi korporasi sebagai aset portofolionya. Karena obligasi korporasi memiliki yield yang tinggi dan stabil akibat jarang diperdagangkan di pasar sekunder. Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana memprediksi, kinerja rata-rata reksadana pendapatan tetap masih bisa mencapai kisaran 6%7% di akhir tahun nanti. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie