Reksadana Mandiri Global Sharia Equity Dollar tumbuh 23,5% dengan strategi baru



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menyadari bahwa perkembangan teknologi saat ini akan menciptakan gelombang disrupsi secara global, Mandiri Manajemen Investasi mengubah strategi pengelolaan reksadana Mandiri Global Sharia Equity Dollar agar lebih optimal mencatatkan imbal hasil. 

Sejak pandemi Covid-19 merebak, sektor teknologi semakin terlihat jelas memiliki prospek cerah. Sebelum, pandemi menyerang pun sektor teknologi telah berhasil mengubah pola konsumsi dan aktivitas ekonomi. Di tengah pelemahan ekonomi, indeks saham Nasdaq yang mayoritas diisi emiten berbau teknologi, berhasil tumbuh 22% secara year to date hingga Selasa (22/9). 

Mus Hidayat, Head of Unit Trust and Treasures Private Client Product PT Bank DBS Indonesia, yang juga turut menjajakan reksadana ini mengatakan, tren digitalisasi akan berlanjut hingga menata ulang struktur ekonomi ke depan. "Makanya ada istilah new economy yang didorong oleh sektor teknologi, kesehatan, perbankan, dan energi terbarukan," kata Mus, Rabu (23/9). 


Menyadari adanya potensi pada sektor teknologi, Direktur Utama Mandiri Manajemen Investasi Alvin Pattisahusiwa mengubah strategi pengelolaan reksadana yang dapat berinvestasi 100% di saham luar negeri ini. Sebelumnya, reksadana Mandiri Global Sharia Equity Dollar yang meluncur sejak 2016 ini berinvestasi pada 150 saham.  Namun, sejak Agustus 2019 pengelolaan portofolio berubah jadi hanya berinvestasi pada 30-50 saham unggulan di sektor yang berkorelasi erat dengan new economy

Baca Juga: Pefindo merevisi rating KIK EBA Mandiri GIAA01, kenapa?

"Tema strategi portofolio dulu lebih general mengikuti bobot indeks acuan Dow Jones dan Jakarta Islamic Index, tetapi kini kami investasi ke spesifik sektor yang melakukan disrupsi pada bisnis ke depan," kata Alvin. Mandiri Investasi memilih pendekatan bottom up dengan langsung memilih emiten yang dinilai mampu memiliki pertumbuhan laba jangka panjang yang signifikan dan berjalan resilient

Sebaran investasi reksadana ini 39,44% berada di sektor teknologi, 19,78% di sektor konsumer, 18,57% di sektor kesehatan, 11,07% di sektor telekomunikasi, dan 11% di sektor lainnya. Sementara, sebaran wilayah yang menjadi tempat investasi reksadana ini 68,34% di Amerika Serikat (AS), 16,20% di Asia, 11,25% di Eropa dan 4,20% di negara lain. 

Strategi alokasi investasi tersebut berbuah manis pada pertumbuhan kinerja. Sejak awal tahun hingga Agustus, reksadana ini berhasil tumbuh 23,5% nett dalam dolar AS. Sementara kinerja indeks Dow Jones tumbuh 12,37% di periode yang sama. 

Baca Juga: Mandiri Manajemen Investasi (MMI) gandeng LinkAja untuk pembelian reksadana

Semenjak perubahan strategi pengelolaan, tren jumlah dana kelolaan reksadana ini meningkat pesat. Tercatat, dari tahun lalu berkisar US$ 20 juta, per Agustus menyentuh US$ 40 juta dan per September tumbuh ke US$ 70 juta. 

Alvin menargetkan dana kelolaan reksadana ini tumbuh ke US$ 100 juta di akhir tahun 2020. Sementara, target dana kelolaan Mandiri Manajemen Investasi secara umum sebesar Rp 58 triliun di akhir tahun ini. 

Baca Juga: Diversifikasi investasi cara tepat antisipasi pandemi berkepanjangan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati