Reksadana Masih Bisa Jadi Investasi Pilihan Saat Inflasi Tinggi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jumlah dana kelolaan atawa asset under management (AUM) industri reksadana mengalami kenaikan pada bulan Agustus 2022. Merujuk data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), AUM reksadana pada bulan Agustus sebesar Rp 544,840 triliun. Angka tersebut naik 0,25% atau sekitar Rp 1,35 triliun dari bulan sebelumnya yang sebesar Rp 543,493 triliun.

Head of Business Development Division Henan Putihrai Asset Management (HPAM) Reza Fahmi mengatakan dalam kondisi seperti ini, banyak investor melirik investasi yang lebih menguntungkan dibandingkan dengan deposito. 

"Namun, kenaikan dana kelolaan yang terjadi pada bulan lalu belum disokong oleh masuknya sebagian pelaku pasar, di mana mereka masih cenderung mengurangi kepemilikan reksadananya," ujar Reza kepada Kontan.co.id, Kamis (8/9). 


Reza mengatakan turunnya kepemilikan reksadana terlihat dari berkurangnya unit penyertaan reksadana dari sebelumnya 402,16 miliar unit per Juli 2022, menjadi 401,2 miliar unit penyertaan per Agustus 2022. 

"Sepanjang bulan lalu terdapat penurunan unit penyertaan reksadana 965,8 juta atau turun sekitar 0,24% dibandingkan dengan bulan sebelumnya," ucap dia. 

Baca Juga: Kenaikan Bunga Menyokong Pertumbuhan Reksadana Berbasis Surat Utang

Sementara imbal hasil dari awal tahun hingga akhir Agustus, produk reksadana saham HPAM Ultima Ekuitas 1 mencatat return sebesar 17,61% dan untuk Smart Beta Ekuitas mencatat return sebesar 16.44%.

Menurut Reza prospek reksadana masih akan positif. Meskipun BI menaikkan suku bunga namun masyarakat membutuhkan instrumen yang mampu mengalahkan inflasi.

Inflasi tercatat sekitar 4%-5% di Indonesia, sehingga masyarakat harus pintar menempatkan dana pada instrumen yang tepat seperti reksadana yang memberikan imbal hasil mengalahkan angka inflasi. 

Baca Juga: Dana Kelolaan Industri Reksadana Naik Rp 1,35 Triliun Sepanjang Agustus 2022

Dalam mengelola reksadana, HPAM akan menempatkan dana di saham-saham yang secara struktural bisnisnya diuntungkan oleh arah perkembangan ekonomi seperti konsumen dan komoditas energi. HPAM pun aktif mengelola dana untuk mengakomodasi perubahan momentum pasar.

Untuk investor yang memiliki profil risiko konservatif, Reza menyarankan dapat beralih dari deposito ke instrumen pasar uang yang minim risiko namun hasilnya lebih tinggi dibanding deposito. Investor pun bisa melakukan dollar cost averaging untuk menghasilkan return yang maksimal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati