Reksadana Masih Menjadi Pilihan Investasi Industri Asuransi Jiwa



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dana kelolaan investasi industri asuransi jiwa diproyeksikan bakal masih akan melanjutkan pertumbuhan di tahun ini. Adapun, aset reksadana masih menjadi pilihan pemain untuk menempatkan aset investasinya.

Secara industri, OJK mencatat dana kelolaan investasi asuransi jiwa per November 2020 tercatat senilai Rp 498,85 triliun. Capaian tersebut masih tumbuh 6,4% secara year-on-year.

Sementara itu, aset reksadana masih menjadi unggulan bagi perusahaan dalam menempatkan aset investasinya yang mendominasi 32,37% dengan nilai Rp 161,48 triliun. Disusul oleh aset saham senilai Rp 141,93 triliun dengan kontribusi 28,45%.


Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia, Togar Pasaribu pun menyampaikan bahwa proporsi penempatan aset investasi tersebut tidak akan banyak berubah. Menurutnya, penempatan investasi pada reksadana cenderung stabil secara keseluruhan meskipun ada sedikit perubahan jika berdasarkan jenis reksadananya.

“Misal, reksadana fixed income diperkirakan akan terdampak oleh kesetaraan pajak bagi semua investor, sementara reksadana dengan strategi investasi ke luar negeri masih menunggu finalisasi dari aturan SE OJK PAYDI yang wacananya akan melarang investasi ke luar negeri,” ujar Togar kepada KONTAN, akhir pekan lalu.

Baca Juga: Kredit Berisiko di Bank BUMN Turun

Sementara itu, Togar pun melihat aset investasi industri asuransi jiwa masih bisa terus tumbuh tahun ini akibat pelonggaran pembatasan terkait pandemi Covid-19. Sayangnya, ia tidak menyebutkan secara pasti proyeksi pertumbuhannya. “Kami berharap dan oprimis dapat lebih baik dari periode sebelumnya,” imbuh Togar.

Dari sisi pemain seperti BNI Life, aset reksadana juga masih menjadi unggulan untuk menempatkan aset investasinya. Aset investasi BNI Life pada reksa dana sekitar 56% dari total aset dan sebagian besar merupakan reksa dana pendapatan tetap.

Bukan tanpa alasan, Direktur Keuangan BNI Life Eben Eser Nainggolan mengatakan bahwa penempatan pada reksadana pendapatan tetap karena income yang didapatkan relatif lebih stabil dibanding pada pasar saham namun masih memberikan keuntungan yang lebih baik dibanding penempatan pada pasar uang.

Adapun, Eben menjelaskan saat ini pihaknya terus melakukan pemantauan terhadap volatilitas pasar dan portofolio yang dimiliki. Mengingat, adanya varian baru Omicron ditambah normalisasi kebijakan moneter yang dilakukan oleh Bank Sentral Amerika Serikat.

“Tahun ini kami menargetkan aset investasi naik sebesar 9,6% dari Rp 20,6 triliun rupiah menjadi Rp 22,6 triliun,” ujar Eben.

Baca Juga: Salah Mengelola Investasi, Dana Publik Jadi Bancakan

Sementara itu, BRI Life lebih banyak menempatkan investasinya pada aset pendapatan tetap seperti obligasi dengan porsi 70%. Adapun, total aset investasi mereka per Desember 2021 mencapai Rp 14.19 triliun atau tumbuh 23% yoy.

Direktur Utama BRI Life Iwan Pasila bilang kalau dalam  mengelola aset investasinya selalu berdasarkan kebijakan investasi perusahaan. Meskipun, tetap selalu melihat kondisi pasar yang terjadi.

“Kebijakan investasi ini juga dipantau bersama dengan Dewan Komisaris dan Dewan Pengawas Syariah untuk memastikan BRILife dapat membayar klaim di masa yang akan datang dan dapat membayar klaim pada waktunya,” ujar Iwan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .