Reksadana mendominasi obligasi korporasi



JAKARTA. Arus dana masuk (net inflow) reksadana ke obligasi korporasi sepanjang 2017 membludak. Menilik data Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) per 28 April 2017, kepemilikan reksadana di obligasi korporasi mencapai Rp 102,9 triliun secara year to date (ytd).

Artinya, sejak awal tahun, ada net inflow reksadana sebesar Rp 13,23 triliun atau setara 14,75%. Bahkan reksadana mendominasi kepemilikan obligasi korporasi yakni 28,19% dari total seluruh obligasi korporasi yang mencapai Rp 365,02 triliun.

Porsi kepemilikan reksadana di surat utang korporasi memang terus tumbuh. Sementara porsi kepemilikan investor lain malah berkurang. Porsi asuransi, perusahaan, dana pensiun, dan yayasan di obligasi turun. Penurunan paling besar terjadi di porsi kepemilikan investor ritel.


Menurut Analis Fixed Income MNC Securities I Made Adi Saputra, porsi kepemilikan reksadana di obligasi korporasi meningkat lantaran banyak manajer investasi mencari instrumen investasi lain sebagai varian aset dasar reksadananya. Obligasi korporasi jadi pilihan lantaran banyak yang bertenor pendek.

Ini akhirnya dimanfaatkan manajer investasi sebagai aset dasar atau underlying asset. "Terutama bagi produk-produk reksadana terproteksi," ujar Made, Rabu (24/5).

Kepala Divisi Operasional IBPA Ifan Mohamad Ihsan menambahkan, yield obligasi korporasi juga lebih menarik di tengah tren penurunan yield obligasi pemerintah. Ini membuat minat manajer investasi terhadap obligasi korporasi membesar. "Apalagi sekarang banyak obligasi korporasi yang diterbitkan dengan rating baik," jelas dia.

Kepemilikan ritel ciut

Sementara kepemilikan investor institusi keuangan non bank (IKNB) di obligasi korporasi turun lantaran Otoritas Jasa Keuangan mewajibkan perusahaan keuangan non bank menempatkan investasinya di surat berharga negara (SBN). Minimal penempatan investasi di SBN sebesar 30% . "Dampaknya, baik dana pensiun maupun asuransi, mengalihkan alokasi dananya dari obligasi korporasi ke SBN," kata Made.

Asal tahu saja, kepemilikan dana pensiun di obligasi korporasi anjlok 25,37% menjadi Rp 73,74 triliun di akhir April lalu. Padahal, di akhir tahun 2016 kepemilikan dana pensiun mencapai Rp 98,81 triliun. Sementara itu, net outflow asuransi mencapai 16,54% dari sebelumnya Rp 72,01 triliun, jadi hanya Rp 60,15 triliun secara ytd.

Namun penurunan kepemilikan investor ritel jadi yang paling tinggi. Sejak awal tahun, porsi kepemilikan ritel turun 59,12%. Kepemilikan ritel tinggal Rp 13,01 triliun di akhir April lalu.

Made menegaskan, penurunan kepemilikan ritel akhirnya diambil oleh reksadana. Pasalnya, variasi produk yang disediakan manajer investasi merupakan strategi untuk merangkul investor, baik institusi maupun ritel. "Ceruk utamanya tetap ritel, apalagi di saat suku bunga perbankan turun, reksadana jadi instrumen alternatif yang recommended," papar dia.

Ke depannya, Made memprediksi, porsi kepemilikan reksadana di obligasi korporasi akan terus bertambah, seiring pergeseran penempatan dana institusi keuangan ke SBN. "Mungkin bisa mencapai sekitar 30%-35% kepemilikan reksadana di akhir tahun ini," prediksi dia.

Cuma, manajer investasi akan memburu surat utang bertenor pendek antara satu tahun hingga tiga tahun. Kenaikan kepemilikan reksadana juga mengerek kinerja reksadana pendapatan tetap. "Fixed income masih diminati MI untuk memaksimalkan return di tengah bayang-bayang tekanan sentimen global," tandas Ifan.                                 n

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini