Reksadana, motor yield dana pensiun



JAKARTA. Membaiknya kondisi pasar modal pada awal tahun 2014 hanya dapat dinikmati segelintir perusahaan Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK). Kenaikan imbal hasil rata-rata industri tidak signifikan, mengingat masih besarnya portofolio investasi dalam instrumen deposito dan obligasi.

Porsi investasi yang terkait dengan pasar modal, seperti saham dan reksadana hanya sekitar 15%. Padahal, berdasarkan data per Februari 2014, reksadana dan saham memberikan imbal hasil  cukup tinggi dibandingkan instrumen investasi lain.  

Salah satu perusahaan yang mencicipi sedikit euforia kenaikan pasar modal adalah DPLK Bank Muamalat. Per Februari 2014 total imbal hasil yang diterima sebesar 1,49%, naik dari posisi pada Januari lalu yang sebesar 0,91%.


Pelaksana Tugas Pengurus DPLK Bank Muamalat, SS Setiawan, imbal hasil deposito mencapai 0,88%, reksadana 4,58%, dan saham 3,95%.

Sementara, total dana kelolaan DPLK Bank Muamalat per Februari 2014 sebesar Rp 560 miliar dengan target pada tahun ini sebesar Rp 725 miliar.

Hal yang sama juga terjadi pada DPLK Bank BNI. Manajer Investasi DPLK BNI, Edwin Hendrawan, menjelaskan bahwa hingga Februari 2014, imbal hasil instrumen investasi di reksadana mencapai 37,08% per anum. Bandingkan,  imbal hasil  obligasi hanya 9,33% dan imbal hasil deposito hanya  9,8%.

Dana kelolaan di DPLK BNI  ikut terkerek naik 2,38% menjadi Rp 8,6 triliun di akhir Februari 2014, dibandingkan akhir Desember 2013 yang mencapai Rp 8,4 triliun. "Target tahun ini, diharapkan dana kelolaan DPLK BNI bisa mencapai Rp 10,4 triliun," ujarnya, Senin (24/3). Dana kelolaan DPLK BNI di deposito mencapai 64,5% dan obligasi 34,8%, selebihnya ditempatkan di reksadana saham.

Sementara Group Head DPLK Bank Jabar Banten (BJB), Wahyu Rudiyat, menjelaskan imbal hasil akumulatif per bulan pada Desember 2013 lalu Rp 718,77 juta. Sedangkan pada Februari 2014 melonjak menjadi Rp 894,09 juta. Dana kelolaan DPLK BJB masih minim, yaitu Rp 106 miliar. Sedangkan target dana kelolaan DPLK BJB tahun ini sebesar Rp 132,784 miliar.

Berdasarkan data per Februari 2014, sejumlah perusahaan DPLK hanya mengalokasikan kurang dari 20% instrumen portofolio ke saham dan reksadana. Seperti DPLK Muamalat yang hanya menginvestasikan sejumlah 10,82%  dana kelolaannya ke reksadana dan hanya 3,8% pada instrumen saham.

Biarpun begitu, Setiawan bilang, telah terjadi sedikit perubahan portofolio investasi. "Portofolio investasi yang ditempatkan di deposito sebesar 75%, porsi ini turun daripada tahun lalu yang sebesar 80%. Memang ada peralihan ke saham dan reksadana," ujar Setiawan.

Di DPLK Bank Muamalat, per Desember 2013 instrumen saham mencapai 3,7% dan  menjadi 3,8% pada Februari 2014.  Pada Desember 2013, instrumen investasi reksadana hanya 10,12%, naik pada Februari 2014 menjadi 10,82. Sedangkan obligasi syariah sebesar 10, 61% pada Desember 2013 menjadi 10,82% pada Februari 2014.           

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie