Reksadana obligasi jadi primadona lagi



JAKARTA. Imbal hasil reksadana pendapatan tetap masih menggiurkan di awal tahun ini. Tengok saja Indeks Reksa Dana Pendapatan Tetap (IRDPT) dari Infovesta Utama.

Sejak awal tahun hingga Selasa lalu (24/1), indeks yang menggambarkan kinerja rata-rata reksadana pendapatan ini sudah naik 1,41%. Maklum, tahun ini harga obligasi masih terus naik.

Indonesia Composite Bond Index (ICBI) yang dirangkum Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) naik 2,08% pada periode yang sama. Sementara Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) justru turun 0,06% sejak awal tahun.


Direktur Bahana TCW Investment Management Soni Wibowo bilang, harga obligasi mulai terkerek setelah pasar mulai menyangsikan kebijakan Presiden AS Donald Trump. Apalagi, kondisi ekonomi dalam negeri masih positif. "Ini membuat obligasi makin menarik," kata dia, Rabu (25/1).

Direktur Investasi Sucorinvest Asset Management Jemmy Paul Wawointana menyebut, penguatan nilai tukar rupiah dan aksi beli yang dilakukan investor asing di pasar obligasi sekunder juga menopang kinerja reksadana pendapatan tetap. Keberhasilan pemerintah menjaga pergerakan rupiah jadi salah satu kunci utama.

Aturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengenai peningkatan porsi minimal untuk industri keuangan non bank (IKNB) berinvestasi di SBN juga masih bisa memberikan angin segar bagi pasar reksadana pendapatan tetap. Cermati faktor penekan Namun pelaku pasar harus tetap waspada.

Senior Research and Analyst Pasar Dana Beben Feri Wibowo memprediksi pasar surat utang akan tertekan saat spekulasi kenaikan suku bunga acuan The Fed berhembus. Tahun ini, peluang suku bunga AS naik tiga kali cukup besar. Sebab, data ekonomi AS cukup oke.

Rata-rata pendapatan per jam warga AS di Desember lalu naik 0,4%. Inflasi AS di Desember juga sudah sesuai target, yakni 2%. "Tapi bila kondisi fundamental dalam negeri masih baik, koreksi bisa ditahan," terang Beben.

Soni juga memperkirakan kinerja reksadana pendapatan tetap masih berpotensi menanjak selama kebijakan ekonomi AS di bawah kepemimpinan Trump belum jelas. "Mungkin baru akan tertahan di sekitar akhir Februari atau awal Maret," prediksi dia.

Pelaku pasar juga perlu mewaspadai kebijakan China mengendalikan mata uang. Selain tantangan eksternal, tantangan lain dari dalam negeri yang harus diperhatikan oleh para pelaku pasar adalah laju inflasi.

Beben melihat, kenaikan harga BBM non subsidi dan pengalihan subsidi listrik 900 VA membuat inflasi berpeluang naik. Maka dari itu, Beben memprediksi kinerja rata-rata reksadana pendapatan tetap sepanjang akhir tahun ini akan berada di kisaran 4%–6%. Angka ini masih di bawah kinerja reksadana pendapatan tetap di tahun 2016 lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto